Cak Ji: Pentingnya Renovasi, Manfaatkan Space untuk Komunitas
Kuliner menjadi salah satu lini yang potensial untuk menggenjot pemasukan. Hal tersebut menjadi perhatian DPRD Surabaya.
SABTU (30/6) selepas dari kantor, Ketua DPRD Kota Surabaya Armuji melakukan inspeksi mendadak (sidak) di dua lokasi sekaligus. Yakni, sentra wisata kuliner Semolowaru dan sentra ku liner Gunung Sari. Armuji juga didampingi oleh anggota komisi B DPRD Kota Surabaya Erwin Tjahyuadi.
Keinginan mengunjungi tersebut didorong oleh rasa khawatir karena banyaknya sentra kuliner yang kian hari meredup. Bahkan, beberapa di antaranya kini telah gulung tikar. Menurut Armuji, pembangunan sentra kuliner tersebut merupakan program dari Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Koperasi Kota Surabaya.
”Saya sangat mendukung pembangunan sentra kuliner karena banyak manfaatnya. Namun, saya juga menyayangkan jika pada perjalanannya sentra kuliner tersebut harus banyak yang ditutup,” ungkapnya.
Erwin membenarkan pendapat Armuji. Dia mengatakan bahwa terdapat 45 sentra kuliner yang dibangun. Ada 17 yang kini harus menerima nasib untuk gulung tikar dan ditutup. ”Faktor utamanya karena sepinya pengunjung. Soalnya, fasilitas di sentra kuliner banyak yang kurang terpenuhi dengan baik,” ujarnya.
Lokasi pertama yang menjadi jujukan adalah sentra wisata kuliner Semolowaru. Di sana, Armuji dan Erwin disambut oleh Ketua Paguyuban Sentra Wisata Kuliner Semolowaru Leman. Armuji menanyakan mengenai sepinya sentra kuliner saat itu. Padahal, harusnya itu waktu bagi orangorang untuk makan siang.
”Kok sepi sekali? Apalagi yang bagian belakang. Padahal stannya banyak, kan?” tanya Cak Ji, sapaan akrab Armuji.
Leman berujar bahwa sentra kuliner tersebut memang setiap hari tak begitu ramai. Pengunjung baru mulai berdatangan saat malam hari ketika musik akustik diadakan. Leman juga mengatakan bahwa jika tidak ada musik akustik, sentra wisata bakal lebih sepi. Adanya lapangan futsal di bagian depan halaman juga sangat membantu menambah jumlah pengunjung.
Terdapat 35 stan di sentra wisata kuliner Semolowaru. Puluhan stan tersebut menjual berbagai jenis makanan mulai tradisional hingga kekinian. ”Penjualnya dulu sering datang dan pergi karena di sini sepi. Sekarang mereka bisa mendapatkan Rp 200 ribu per hari, itu sudah termasuk ramai,” ungkapnya.
Leman mengeluhkan perihal keamanan. Di sentra kuliner tersebut tak disediakan pihak keamanan yang bisa berjaga. Hal tersebut membuat para pemilik stan khawatir dengan barang dagangannya. ”Akibatnya, saat malam kami kadang tidur di sini demi memastikan barang-barang terjaga dengan aman,” tutur pria berusia 52 tahun tersebut.
Perhatian Armuji juga tertuju pada taman di halaman sentra wisata. Taman yang cenderung tak terawat tersebut menurut Leman adalah tempat untuk lesehan pengunjung. Namun, Armuji berpendapat bahwa taman sangat tak layak karena banyak tanaman yang dibiarkan mengering.
”Ini kan bisa direnovasi menjadi taman yang lebih layak. Kalau tak ada yang merawat, akan lebih baik kalau dialihfungsikan jadi space untuk komunitas-komunitas,” ungkap Armuji. Dia juga menambahkan, jika halaman tersebut dijadikan tempat temu komunitas, stan-stan di sekeliling juga bakal lebih ramai pengunjung.
Hal tersebut diamini oleh Erwin. Dia menilai bahwa halaman tersebut merupakan tempat yang tepat untuk para pencinta burung. ”Nanti kan di sini bisa ramai, stan-stan yang berdagang juga makin laku,” imbuhnya.
Tujuan kedua adalah sentra kuliner Gunung Sari. Kali pertama menginjakkan kaki di sana, Armuji dibuat terkejut dengan pemandangan yang tersaji di hadapannya. Alih-alih menemukan antrean pengunjung, dia malah disambut dengan meja-kursi yang berserakan, stan kosong, serta ilalang yang tumbuh di area sentra kuliner. Hanya ada setidaknya lima stan yang masih berjualan meski beberapa di antaranya tutup.
”Wah, keadaannya kayak gini, nggak ada pengunjung, tempatnya juga berantakan. Ini yang beli bangsa hantu, ya?” ujarnya yang disambut gelak tawa Erwin dan para wartawan.
Sarankan agar Pemkot Perbaiki Fasilitas Umum
Melihat kondisi sentra kuliner yang makin menghawatirkan, Armuji menyarankan pemkot untuk segera mengambil tindakan. Dia menyarankan untuk memperbaiki fasilitas umum yang ada di sentra kuliner tersebut. Misalnya, perawatan tanaman di sentra wisata kuliner Semolowaru atau perbaikan stan di sentra kuliner Gunung Sari yang kini terbengkalai.
”Pemkot harus memikirkan bagaimana sentra kuliner ini bisa bersaing dan mendapatkan pelanggannya. Misalnya, diberikan neon box di depan sentra kuliner sebagai penanda dan lebih eye catching. Itu cuma salah satu contoh kecilnya,” ungkapnya.
Armuji menekankan pentingnya pemeliharaan sentra kuliner oleh pemkot. ”Ya kalau membangun saja mudah, kan? Tapi untuk memastikan kelangsungannya, pemkot kan juga harus melakukan perawatan baik dari segi kebersihan, keamanan, atau fasilitas lain,” tuturnya.
Erwin menambahkan, pemkot lewat dinasdinas terkait harus bisa menggunakan anggaran dengan sebijak mungkin. Sebab, hal tersebut berkaitan dengan masyarakat luas. ”Anggaran dari APBD harusnya dimanfaatkan dengan baik, bukan membangun asal-asalan,” ujarnya.