Khawatir Ikan Pari Manta Tak Mau Singgah Lagi
Ketika Perairan Pulau Sangalaki Dicemari Ratusan Ribu Rombengan Malaysia
Baju-baju bekas dari kapal yang karam menutupi terumbu karang di perairan Pulau Sangalaki yang selama ini jadi surga penyelaman. Otoritas setempat mengaku baru mendengar insiden tersebut dua pekan setelah kejadian.
SATU per satu pakaian bekas itu dipunguti Agus Tamtomo dengan pengait. Lalu, dinaikannya ke speedboat yang menunggu.
Wakil bupati Berau, Kalimantan Timur, tersebut tak sendirian
Pada Sabtu siang lalu itu (30/6), ada puluhan penyelam yang tergabung dalam Berau Jurnalis Diver dan Berau Freedive yang menyertai.
Baik dengan pengait maupun tangan kosong, mereka mengumpulkan satu per satu baju yang rata-rata tersangkut di terumbu karang di perairan Pulau Sangalaki. ”Kami ambil semampunya, apalagi kapasitas speedboat yang kami gunakan juga terbatas. Tapi, paling tidak ada upaya sebagai diver,” tuturnya kepada Berau Post (Jawa Pos Group).
Pencemaran pakaian bekas itu terjadi setelah sebuah kapal pengangkut rombengan Malaysia alias pakaian bekas asal negeri jiran itu karam. Insiden tersebut sebenarnya terjadi pada 13 Juni lalu. Tapi, Agus mengaku baru mendapat laporan dari pegawai dinas perikanan pada Kamis malam lalu (28/6).
Hingga kemarin, belum diketahui identitas kapal, pemilik kapal, atau nakhodanya. Informasi yang diterima Agus, kapal itu memuat 600 bal rombengan Malaysia alias roma. Dan tiap bal terdiri atas 1.000 pakaian bekas.
Jadi, ada 600 ribu baju bekas yang tersebar di perairan pulau yang termasuk Kepulauan Derawan tersebut. Yang sudah terangkut dan dikumpulkan di Kampung Tanjung Batu, ibu kota Kecamatan Pulau Derawan, baru 70 bal. Artinya, masih ada 530 ribu potong pakaian bekas yang mencemari perairan Sangalaki.
Padahal, banyak terumbu karang di sana. Agus khawatir, pakaian-pakaian bekas tersebut bakal merusak terumbu karang hingga mengakibatkan kematian pada karang. ”Dampaknya macam-macam terhadap lingkungan, apalagi Sangalaki terkenal dengan kemunculan pari mantanya. Yang saya khawatirkan sama dengan yang dikhawatirkan teman-teman dari dinas perikanan, pari manta tidak mau mendekat lagi,” tuturnya.
Dari pantauan para penyelam pada Sabtu lalu itu, banyak roma yang tersebar di kedalaman 5–10 meter. Tapi, bisa juga lebih dalam dari itu atau menyebar lebih jauh lagi. Sebab, kejadiannya sudah hampir tiga pekan lalu.
Pengambilan pakaian yang nyangkut di terumbu karang pun harus dilakukan dengan hati-hati. Persoalannya, selama ini sudah banyak warga yang menjarah rombengan Malaysia itu.
Yang pengambilannya belum tentu mengindahkan keselamatan terumbu karang. Jadilah, sejumlah terumbu karang dilaporkan telah rusak. ”Sebenarnya banyak masyarakat yang membantu. Tapi, tolong jangan pilihpilih, angkut semua,” kata Agus.
Sangalaki adalah satu di antara puluhan pulau di Kepulauan Derawan, destinasi wisata andalan Berau dan Kalimantan Timur. Kawasan perairan di sekitarnya dikenal sebagai surga penyelaman yang keindahannya, konon, setara dengan Raja Ampat di Papua.
Mengutip Wikipedia, di perairan sekitar pulau seluas 15,9 hektare itu terdapat taman laut. Dan, dihuni beragam biota laut, salah satunya ikan pari manta.
Menurut Kapolsek Derawan Iptu Koko Djumarko, pihaknya telah mendapat keterangan dari seorang warga bernama Herman yang menolong kapal yang diduga membawa pakaian bekas. Dalam keterangannya, kapal tersebut karam sekitar pukul 19.00 Wita.
Dari kesaksiannya, kapal yang tenggelam itu milik orang Tanjung Redeb. Hingga kemarin, kapal belum bisa dievakuasi dan masih berada di perairan Sangalaki.
”Kami sudah mengamankan sekitar 40 karung dari masyarakat Tanjung Batu. Tapi, saat ini masih banyak pakaian yang terhambur di Pulau Sangalaki,” tutur Koko kepada Berau Post pada Jumat lalu (29/6).
Polisi, lanjut Koko, juga masih menyelidiki pemilik barang atau kapal yang belum diketahui identitasnya. ”Karena saat kapal tenggelam, langsung ditinggalkan para ABK (anak buah kapal),” katanya.
Jenis baju bekas yang mencemari perairan Pulau Sangalaki itu beragam. Mulai baju anak-anak sampai dewasa. Baik perempuan maupun laki-laki.
Penyelaman pada Sabtu lalu itu dihentikan setelah speedboat tak lagi muat. Agus pun meminta dukungan dari para diver lain, juga para pemilik resor, untuk membantu penyelaman guna menyelamatkan terumbu karang Sangalaki.
”Tidak sanggup kalau kami semua. Makanya, saya sudah minta para penyelam di Berau berpartisipasi,” katanya.
Kalau tidak segera teratasi, dikhawatirkan bakal sangat berdampak pada citra Sangalaki dan Kepulauan Derawan secara umum. Apalagi, umumnya, wisatawan datang ke Sangalaki untuk menyelam.
”Saya akan berkoordinasi dengan dinas perikanan dan dinas pariwisata juga,” kata Agus. Ditanya soal dugaan pakaian bekas ilegal, Agus mengaku belum memikirkannya. Bagi dia, yang terpenting, pakaian-pakaian itu harus segera diambil dari dalam air. ”Sesegera mungkin.”