Maksimalkan Pasar Ekspor
SURABAYA – Pasar semen domestik tengah mengalami kelebihan pasokan. Berdasar data Asosiasi Semen Indonesia, konsumsi semen selama lima bulan pertama tahun ini 72 ton. Naik 5,8 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Kapasitas terpasang industri semen mencapai 107 juta ton.
Tidak hanya itu, permasalahan industri semen lainnya adalah kenaikan harga batu bara. Hal itu mengakibatkan kenaikan biaya produksi. Sebab, 30 persen cost manufacturing adalah untuk membeli bahan baku batu bara.
Kepala Biro Komunikasi Perusahaan Semen Indonesia Sigit Wahono mengatakan, menghadapi kondisi oversupply, Semen Indonesia (SMGR) memiliki beberapa strategi. Di antaranya, penguatan industri turunan semen seperti beton, precast, dan board. Pihaknya juga akan meningkatkan daya saing melalui berbagai produk dan layanan dalam Semen Indonesia Total Solutions. ”Tidak hanya itu, kami tahun ini juga akan lebih memperkuat pasar ekspor dengan membuka market baru di beberapa negara seperti Filipina, Australia, dan beberapa negara lainnya,” tutur Sigit.
Dia memaparkan, pada periode Mei 2018, ekspor Semen Indonesia mencapai angka 580 ribu ton. Masih tetap jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. ”Total ekspor kami sampai dengan Mei 2018 adalah 4,42 persen dari seluruh penjualan semen Indonesia. Kami akan maksimalkan pasar ekspor,” ungkap Sigit. Tujuan ekspor utama dan terbesar adalah Bangladesh dan Sri Lanka.
Selain semen, ekspor terak/ clinker Semen Indonesia juga naik signifikan sebesar 400 persen dari tahun lalu. Yaitu, menjadi 1,07 juta ton. ”Yang membuat terak/clinker naik signifikan karena delivery cost terak lebih ekonomis dan handling-nya juga lebih mudah daripada semen. Terak ini bahan setengah jadinya semen,” papar Sigit.