Wali Murid Tuntut Buka PPDB Ulang
Untuk Isi Bangku yang Banyak Kosong
SURABAYA – Puluhan wali murid kemarin (4/7) memenuhi halaman depan kantor Dinas Pendidikan (Dispendik) Jatim. Sebab, anak-anak mereka tidak bisa masuk ke SMA dan SMK negeri (SMAN-SMKN) di kawasan tempat tinggalnya. Ibu-ibu tersebut menuntut Dispendik Jatim membuka ulang pendaftaran penerimaan peserta didik baru (PPDB).
Permasalahan itu muncul ketika pendaftaran PPDB SMAN-SMKN yang dibuka mulai 25 Mei lalu mengecewakan banyak siswa dan orang tua. Pertama, yang dikeluhkan adalah soal zonasi yang ditetapkan Dispendik Jatim. Akibatnya, pilihan sekolah pun terbatas di beberapa sekolah yang ada di kawasannya.
Di luar dugaan, ternyata masih banyak peserta PPDB yang tidak terseleksi (lolos). Padahal, mereka sudah mengikuti sistem zonasi yang diterapkan. Wali murid yang tidak terima akhirnya mengecek ke beberapa sekolah tempat anaknya mendaftar.
Dari situ mereka mendapatkan informasi bahwa masih banyak kursi kosong yang disediakan pihak sekolah. Siswa yang diterima pun lebih sedikit daripada jumlah pagu yang diantisipasi. Namun, nyatanya masih ada yang tidak diterima.
Koordinator aksi Arti Sri Nugroho merupakan satu di antara sekian banyak wali murid yang merasakan hal tersebut. Saat itu dia hendak mendaftarkan putrinya untuk masuk ke SMAN 20 dan 7. Namun, ketika pengumuman, dia harus rela melihat anaknya tidak berada di deretan nama siswa yang diterima. ”Padahal, nilai anak saya juga tidak jelek untuk masuk ke situ,” ucap warga Rungkut tersebut.
Berang, Arti pun lantas menanyakan hal itu langsung ke sekolah yang dituju. Semua sekolah mengaku memang masih memiliki bangku kosong. Hanya, mereka sengaja tidak menambah calon murid yang masuk. Sebab, keputusan tersebut berada di tangan dispendik.
Arti tidak sendiri. Bersama banyak wali murid lainnya, dia pun membentuk sebuah kelompok untuk melakukan protes. Mendapatkan informasi tersebut, beramairamai mereka mendatangi kantor Dispendik Kota Surabaya yang ada di Jagir, Wonokromo. Dengan jawaban yang sama, mereka pun tidak bisa berbuat apa-apa. ”Karena memang SMA dan SMK sudah diurus Dispendik Jatim, makanya hari ini (kemarin, Red) kami ke sini,” jelas Arti.
Setelah berpanas-panas dua jam, Arti diperbolehkan masuk. Dia menyampaikan aspirasinya ke perwakilan Dispendik Jatim. Berbagai macam tuntutan pun dia ungkapkan. Termasuk menuntut Dispendik Jatim melakukan PPDB kedua. Sebab, menurut dia, bangku-bangku kosong tersebut harus diisi. ”Pas mediasi, alasannya ternyata untuk memberi kesempatan sekolah swasta mendapatkan siswa,” ungkapnya.
Menurut Arti, alasan tersebut sangat tidak masuk akal. Apalagi, imbuh dia, anaknya masih memiliki nilai yang memadai. Karena itu, dia menolak jika harus mendaftarkan anaknya ke sekolah swasta. Dia tetap akan menuntut Dispendik Jatim membuka pendaftaran lagi. ”Kami punya nilai cukup. Kami ingin ke (sekolah) negeri,” tegasnya.
Dikonfirmasi ketika selesai melakukan mediasi, Kepala Cabang Dispendik Surabaya Sukariyantho menegaskan, tidak akan ada PPDB kedua. Menurut dia, PPDB sudah berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Pihaknya tidak merasa perlu melakukan pembukaan pendaftaran kembali hanya untuk memenuhi pagu yang masih kosong. ”Kami tetap akan melayani siapa saja yang datang untuk bertanya tentang PPDB,” ucapnya.
Malah, menurut Sukariyantho, pembukaan PPDB lebih baik dilakukan di beberapa daerah terpencil. Misalnya di wilayah Malang Selatan. Masih banyak pagu yang belum terpenuhi di kawasan itu.
Untuk mediasi tersebut, Sukariyantho mengaku akan menerima masukan dari para wali murid. Dia hadir sebagai perwakilan kepala Dispendik Jatim yang sedang berhalangan hadir kemarin. ”Kami akan mencatat semua permasalahan yang dihadapi dan akan kami sampaikan ke atasan,” tuturnya.