Ajak Warga Persempit Ruang Gerak Teroris
Polisi Terus Buru Perakit Bom Bangil Tapal Kuda Bukan Wilayah Baru untuk Jaringan Teroris
SURABAYA – Terduga teroris Bangil, Kabupaten Pasuruan, Anwardi alias Abdullah belum tertangkap. Kemarin (6/7) polisi menyisir sejumlah lokasi untuk menangkap pria yang di rumahnya terjadi empat ledakan bom pada Kamis (5/7) itu
Anwardi sangat berbahaya karena ketika melarikan diri membawa bom. Di rumahnya pun ditemukan bom aktif selain bom yang sudah diledakkan. Polres jajaran se-Jatim diminta untuk meningkatkan frekuensi patroli guna mempersempit ruang geraknya. Tiga Pilar Jatim (Kapolda, gubernur, dan Pangdam V/Brawijaya) meminta masyarakat untuk berperan aktif mengamankan wilayahnya.
Gubernur Jatim Soekarwo menyatakan, warga harus segera melapor ke pihak berwajib apabila ada yang baru di sekitarnya. Kebaruan itu menyangkut tetangga baru, perilaku baru, dan tindakan yang aneh-aneh di luar pakem warga. ”Laporkan ke RT, RW, atau babinsa dan bhabinkamtibmas,” katanya.
Warga Jatim yang harus aktif membantu berasal dari semua golongan dan pekerjaan. Mulai ibu rumah tangga hingga sopir bus atau angkot. Sebab, kendaraan itulah yang paling mungkin digunakan pelaku untuk melarikan diri selain mengendarai motor miliknya.
Kabidhumas Polda Jatim Kombespol Frans Barung Mangera juga mengimbau para sopir secara khusus untuk memperhatikan calon penumpangnya. Siapa tahu Anwardi naik.
”Perawakannya sedang, hidungnya mancung, dan punggungnya terluka. Kalau itu muncul, segera lapor,” katanya.
Beberapa lokasi yang bakal jadi hot spot teroris itu adalah tempat perpindahan moda transportasi, penginapan, hingga perkampungan padat di Jatim. Moda transportasi yang sangat mungkin digunakan adalah bus dan ojek. Sebab, pelaku bisa leluasa dengan bermodal uang tunai. Tanpa perlu menyerahkan identitas apa pun.
Sejumlah anggota tertutup dari Polda Jatim juga dikerahkan untuk memburu pelaku. Mereka disiagakan di tempat perpindahan moda transportasi. Gunanya, melakukan identifikasi. Sedangkan untuk urusan deteksi dini dan cegah dini, tiga pilar justru memercayakan hal tersebut kepada masyarakat Jatim yang mulai peka terhadap lingkungan sekitar.
”Yang di Bangil itu contoh yang bagus sekali. Babinsa dan bhabinkamtibmas terlibat langsung karena masyarakat melapor,” kata Soekarwo.
Di Surabaya, polrestabes menerjunkan tim Respatti (Respon Cepat Tindak) di Stasiun Pasar Turi kemarin (6/7). Tim berpakaian serbahitam itu berjalan menyebar ke seluruh sudut sambil berinteraksi. ”Ini pencegahan untuk mempersempit ruang gerak mereka (teroris). Karena tidak menutup kemungkinan ini jalur perpindahan mereka,” kata Katim Respatti Ipda Ardian Wahyudi.
Noordin M. Top Pernah Tinggal di Bangil Banyak yang heran, kenapa di wilayah tapal kuda marak kasus terorisme. Setelah aksi Dita Oepriarto cs dalam serangan bom di Surabaya pada medio Mei lalu, gelombang penangkapan sering terjadi di kawasan Pasuruan dan Probolinggo. Padahal, kawasan itu dikenal sebagai mulut tapal kuda yang masyarakatnya mayoritas nahdliyin. Sangat jauh dari paham radikal.
”Ini memang menimbulkan salah kaprah. Ghirah (semangat) keagamaan di kawasan itu memang tinggi. Tapi, di sana yang hidup tidak hanya NU,” kata mantan Kepala Instruktur Perakitan Bom Jamaah Islamiyyah Jawa Timur Ali Fauzi.
Pasuruan-Probolinggo memang salah satu miniatur ghirah keagamaan di Indonesia. Yang berkembang di sana tidak hanya NU. Tetapi, juga banyak organisasi aliran dalam Islam. Mulai Persis, Wahabi, Salafi, bahkan Syiah juga ada di sana.
Untuk dipersempit lagi, yakni untuk kalangan jaringan teror, kawasan itu tidak pernah kekurangan tokoh. Jaringan mereka hidup di sana. Contohnya adalah dulu gembong teroris asal Malaysia Noordin M. Top bersembunyi lama di Bangil. Dia tinggal bersama istrinya, Munfiatun, yang ditangkap pada 2005. Noordin ditembak mati pada 2009.
Selain Noordin, almarhum Sonhadi, mantan anggota Jamaah Islamiyyah yang kemudian menjadi juru bicara Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) –yang menjadi cikal bakal JAD– juga kelahiran Bangil. Itu menunjukkan bahwa kawasan tersebut tidak asing dengan pergolakan pemikiran dan menjadi tempat berkembangnya banyak aliran dalam Islam. Termasuk kelompok takfiri model ISIS.
”Jadi, ya wajar-wajar saja banyak penangkapan di sana. Sebab, banyak kelompok mereka yang berasal dari sana,” terang adik bomber Bali Amrozi tersebut.
Menurut Manzi –sapaan Ali Fauzi– Jawa Timur memiliki sejarah menjadi salah satu markas jaringan terorisme. Termasuk Surabaya. ”Perlu dilihat lagi, kasus Ambon dan Poso dulu, transitnya sudah pasti melalui Surabaya terlebih dahulu,” ungkapnya.
Kini, yang terpenting, imbuh Ali Fauzi, adalah bagaimana mengembangkan pengusutan kasus Abdullah alias Anwardi untuk melakukan pencegahan. Lantaran Abdullah bukan penduduk asli Bangil, tentu ada yang mengarahkan. ”Apalagi jika bom tersebut bahannya adalah bom bondet,” paparnya.
Selama ini, ada dua pemain untuk urusan potasium (bahan bom bondet tersebut). Yakni, nelayan pencari ikan dan para pengusaha bubuk mercon. ”De- ngan peristiwa kemarin, pemainnya menjadi tiga. Yakni, kelompok-kelompok mereka (teror, Red),” tambahnya.
Selain itu, Ali Fauzi menunggu hasil pemeriksaan dari istri Abdullah alias Anwardi. Dia mengkhawatirkan bakal terjadi gelombang aksi Dita cs yang kedua. Yakni, melakukan peledakan bom bunuh diri bersama keluarga. ”Belum pasti memang, tapi indikasinya kuat ke arah sana.”
Itu tidak berlebihan. Sebab, Abdullah terkesan tidak sembunyisembunyi dalam menaruh/ merangkai bom di depan anakistrinya. Fakta yang mengarah ke kemungkinan terjadinya bom satu keluarga.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengajak warganya untuk lebih aktif dalam menjaga keamanan. Itu tentu saja tidak lepas dari ledakan bom di Bangil Kamis (5/7). Masyarakat bisa mencegah dengan aktif memberikan informasi kepada polisi mengenai apa yang terjadi di lingkunganya.
Hal tersebut disampaikannya dalam rapat koordinasi ketenteraman dan ketertiban yang dihadiri lurah, camat, kepala polsek, dan babinsa kemarin.