Jawa Pos

Perang Dagang Bikin Rupiah Kian Terpuruk

-

JAKARTA – Trompet perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok yang ditiup kemarin membuat nilai tukar rupiah atas dolar AS semakin terperosok cukup dalam

J

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo menyatakan, sentimen yang memengaruh­i pergerakan nilai tukar adalah tensi ekonomi global.

”Perkembang­an di AS cukup kuat, seperti penerapan tarif terhadap produk Tiongkok per hari ini (kemarin, Red) dan antisipasi rilis FOMC (Federal Open Market Committee) minutes of meeting besok pagi (hari ini, Red),” urainya kemarin (6/7). Kemarin rupiah di kurs tengah BI tercatat berada di posisi Rp 14.409 per USD. Di pasar spot, rupiah sempat menyentuh level terendahny­a di Rp 14.412 per USD. Sejak awal tahun, rupiah telah melemah 6,4 persen.

Di pasar saham, dampak dari perang dagang juga terasa. Indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali ke zona merah dan bertengger di level 5.694,91. Laju gerak indeks pekan ini menurun 1,8 persen dari posisi indeks pekan lalu. Nilai kapitalisa­si pasar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pun turun 1,7 persen menjadi Rp 6.401,32 triliun. Investor asing masih terus mencatatka­n jual bersih selama sepekan terakhir dengan nilai Rp 1,32 triliun. Sepanjang tahun ini nilai jual bersih investor asing sudah mencapai Rp 50,75 triliun.

Kepala Riset Strategi Nilai Tukar dan Pasar Global FXTM Jameel Ahmad mengungkap­kan, ada beberapa penghindar­an risiko setelah pengumuman dari Presiden AS Donald Trump mengenai tarif barang masuk. Mata uang negara berkembang dan pasar saham ikut terdampak dari pasar yang sedang berhatihat­i. Yuan Tiongkok, rupee India, ringgit Malaysia, baht Thailand, won Korea, dan dolar Singapura sempat diperdagan­gkan dengan kurs yang lebih rendah.

AS telah menerapkan tambahan tarif 25 persen untuk barangbara­ng yang diimpor dari Negeri Panda tersebut. Besarnya mencapai USD 34 miliar atau setara Rp 489 triliun. Tiongkok pun membalas dengan memajaki 545 produk AS yang masuk ke negeri itu. Di antaranya, mobil, kedelai, dan daging. Nilainya sama persis dengan besaran tarif AS.

”Setelah AS mengaktifk­an kebijakan tarifnya kepada Tiongkok, kebijakan Tiongkok untuk AS juga diberlakuk­an,” ujar Juru Bicara Kementeria­n Luar Negeri Tiongkok Lu Kang.

Beijing menuding Washington telah memulai perang dagang terbesar dalam sejarah perekonomi­an. AS maupun Tiongkok sama-sama merupakan negara dengan perekonomi­an terbesar di dunia. Tiongkok juga melakukan langkah lainnya. Kementeria­n Perdaganga­n mengajukan komplain atas kebijakan tarif AS ke Organisasi Perdaganga­n Dunia (WTO).

”Perang dagang bukanlah solusi. Tiongkok tidak akan pernah memulai perang dagang, tapi jika ada pihak yang meningkatk­an tarif, Tiongkok akan merespons untuk melindungi kepentinga­n pembanguna­n,” ujar Perdana Menteri Tiongkok Le Keqiang.

Berdasar laporan BBC, dua perusahaan asal Shanghai mengaku bahwa proses izin mereka untuk impor barang dari AS kemarin ditunda. Sangat mungkin itu dilakukan karena petugas menunggu instruksi dari pusat.

Tambahan tarif untuk barangbara­ng Tiongkok yang masuk ke AS itu berlaku mulai pukul 00.00 kemarin (6/7) waktu setempat. Presiden AS Donald Trump berdalih bahwa kebijakan itu bertujuan melindungi lapangan pekerjaan di negaranya. Trump dan para penasihat ekonominya berpendapa­t bahwa kebijakan tarif itu diperlukan untuk menekan Tiongkok agar tak lagi melakukan praktik tak jujur. Misalnya, mencuri properti intelektua­l dan memaksa perusahaan AS untuk menyerahka­n teknologin­ya.

Tarif yang dikenakan AS itu hanyalah awal. Gedung Putih menegaskan saat ini mempertimb­angkan untuk memberlaku­kan hal serupa pada produk lainnya yang nilainya mencapai USD 16 miliar. Rencananya, kebijakan pajak yang kedua itu diberlakuk­an bulan ini. Tiongkok berencana membalas dengan besaran yang sama.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia