Babi Mangalitsa Bukan Persilangan dengan Kambing
’’WASPADA .... Persilangan babi dengan domba hasil rekayasa bioteknologi zionis untuk merusak umat Islam .... ’’ Sebagian orang yang membaca pesan itu mungkin langsung resah. Apalagi, pesan tersebut disertai video babi dengan bulu lebat seperti domba.
Pesan di atas berasal dari akun Twitter Fastabiqul_Khoirat (@armanpaluta). Tetapi, Jawa Pos menemukannya ketika pesan tersebut di-retweet (sebar ulang) oleh akun Twitter Said Didu, mantan sekretaris Kementerian BUMN. ’’Semoga tak ada jual beli fatwa halal-haram binatang ini. Bagi saya, karena gennya masih babi, binatang ini haram,’’ kata Said Didu sembari me-retweet postingan akun Twiter @armanpaluta.
Dalam posting-an itu, memang terdapat hewan dengan bulu lebat seperti domba. Tetapi, bagian wajah hewan itu seperti babi. Jawa Pos juga menemukan pesan tersebut disebarkan di platform media sosial yang lain. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa hewan tersebut merupakan persilangan antara babi dan domba.
Benarkah pesan di atas? Videonya memang ada. Tetapi, narasinya yang salah. Hewan yang terekam dalam video tersebut adalah Babi mangalitsa. Pesan yang disebarkan oleh akun Fastabiqul_ Khoirat dan Bram Baheramsyah sebenarnya pernah tersebar pada 2015. Itu terbukti dari tulisan yang ada di situs resmi Direktorat Bimbingan Masyarakat Islam atau Binmas.
Situs Dirjen Binmas pernah menurunkan tulisan tentang Babi mangalitsa
pada 17 Februari 2015. Tulisan tersebut diturunkan karena saat itu terjadi pesan berantai tentang Babi mangalitsa yang katanya hasil persilangan antara babi dan domba. Bahkan, daging babi tersebut dikabarkan sudah beredar di Indonesia.
Dikutip dari tulisan New York Times
pada 26 Maret 2009, Babi mangalitsa
merupakan babi yang dikembangkan di pertanian Hungaria sejak 1830-an. Konon, babi tersebut hasil persilangan Babi bakonyi dan Babi szalontai asal Hungaria dengan Babi sumadia asal Serbia.
Jumlah Babi mangalitsa sempat menyusut seiring dengan runtuhnya kekaisaran di Hungaria setelah perang Dunia I. Saat itu di pasaran makin banyak babi putih yang bisa tumbuh lebih cepat dan harganya lebih murah. Menurut tulisan New York Times, harga Babi mangalitsa justru lebih tinggi daripada babi ras lainnya. Jadi, rasanya tidak mungkin kalau babi tersebut dijadikan alat untuk mengelabuhi umat Islam.
Dikutip dari situs Bina Islam, peredaran daging hewan ternak di Indonesia diawasi oleh Kementerian Pertanian. Produsen makanan, termasuk daging, juga tidak bisa serta merta mendistribusikan produknya ke pasar tanpa melalui izin dari menteri pertanian.