Bikin Prasasti di Jembatan Ujung Galuh
SURABAYA – Pemkot berencana membuat prasasti di Jembatan Ujung Galuh, Ngagel. Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Surabaya sedang mengumpulkan data pendukung agar informasi yang disajikan tidak keliru.
Ujung Galuh kerap disebut sebagai cikal bakal Kota Surabaya. Sebelum meresmikan jembatan itu Maret lalu, Wali Kota Tri Rismaharini menyatakan bahwa Ujung Galuh adalah nama terdahulu Surabaya. Karena itu, jembatan tersebut diberi nama Ujung Galuh.
Pegiat sejarah Nanang Purwono mengimbau agar TACB tidak keliru menyajikan informasi tentang Ujung Galuh. Ujung Galuh sering dikaitkan dengan pertempuran pasukan Raden Wijaya melawan tentara tartar pada 31 Mei. Hari itulah yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Surabaya
J
”Jangan sampai nanti salah kaprah. Peristiwa pertempuran itu bukan di Ujung Galuh,” ujarnya.
Nanang lantas menyinggung isi buku Hari Jadi Kota Surabaya, 682 Tahun Sura ing Baya yang dibikin pemkot 43 tahun lalu. Dijelaskan bahwa peristiwa kepahlawanan Raden Wijaya itu terjadi di Pacekan. Tepatnya di percabangan sungai di Jagir. Terkait Ujung Galuh, hanya dideskripsikan bahwa lokasinya berada di antara Tuban dan Pacekan.
Sejarawan Universitas Airlangga Adrian Perkasa sepakat bahwa prasasti tersebut perlu dikaji lebih lanjut. Selain Ujung Galuh, lokasi Pacekan yang dipercaya ada di Jagir juga perlu dikaji. ”Banyak hal, khususnya dalam sejarah masa klasik di Surabaya, yang membutuhkan perhatian lebih lanjut,” jelas pria yang lahir di Tulungagung 29 tahun silam itu.
Menurut dia, selama ini, fokus penelitian sejarah lebih banyak di periode kolonial dan masa revolusi. Untuk masa sebelum itu, belum banyak yang meneliti.
Ketua TACB Surabaya Retno Hastijanti mengapresiasi masukan tersebut. Tim bakal bekerja untuk memastikan akurasi data sejarah yang dikumpulkan. ”TACB masih mengumpulkan semua data dan masukan. Belum ada keputusan apa-apa,” katanya.