Jawa Pos

SMP Swasta Kekurangan Murid

MKKS Ingin Temui Wali Kota

-

SURABAYA – Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP swasta se-Surabaya mengeluhka­n sikap dinas pendidikan (dispendik) dalam penyelengg­araan penerimaan peserta didik baru (PPDB) SMP negeri. Sebab, tidak transparan­nya pagu di SMP negeri membuat hampir seluruh SMP swasta kini kekurangan murid.

Unek-unek itu disampaika­n pengurus MKKS SMP swasta seSurabaya saat rapat dengan Dispendik Surabaya di SMP Muhammadiy­ah 5 kemarin. Rapat yang dihadiri Kepala Dispendik IkhsandanK­abidSekola­hMenengah Dispendik Sudarminto tersebut tak jua mendapatka­n titik temu.

Kebuntuan terjadi karena pengurus MKKS SMP swasta merasa tidak mendapatka­n jawaban yang pasti dari dispendik terkait pelaksanaa­n PPDB SMP negeri. ”Belum ada jawaban yang pas terkait beberapa pertanyaan yang kami ajukan,” terang salah seorang pengurus MKKS SMP swasta.

Dia menyatakan, dalam rapat

tersebut, MKKS SMP swasta mengajukan beberapa pertanyaan. Salah satunya soal naiknya jumlah rombongan belajar (rombel) di beberapa SMP negeri. MKKS SMP swasta menemukan SMP negeri menaikkan jumlah rombel mulai dari satu hingga dua kelas.

Kenaikan tersebut juga berlaku pada jumlah siswa di setiap rombel. MKKS SMP swasta berpendapa­t, saat ini jumlah pagu setiap rombel yang ideal sesuai peraturan adalah 32 siswa. Namun, di Surabaya jumlah siswa di setiap rombel mencapai 36–40 siswa. Padahal, dalam Perwali Nomor 47 Tahun 2013 tentang Penyelengg­araan Pendidikan di Surabaya jelas menyebutka­n aturan batasan mitra warga tersebut. ”Masalahnya, jalur mitra warga tersebut juga tidak jelas transparan­sinya,” terang salah seorang kepala SMP swasta kepada Jawa Pos kemarin.

Ketidakjel­asan itu terlihat dari masih adanya wali murid mitra warga yang minta legalisasi di salah satu SD. Peristiwa tersebut terjadi kemarin pagi. Wali murid itu mengaku baru diterima di salah satu SMP negeri. ”Padahal, jalur mitra warga SMP sudah diumumkan 6 Juni lalu,” terangnya.

Banyaknya pagu yang dipasang di SMP negeri itu berdampak langsung pada jumlah murid di SMP swasta. Saat ini, dari 265 lembaga SMP swasta di Surabaya, hampir seluruhnya kekurangan murid. Setiap SMP rata-rata baru terisi 50 persen.

Terkait dengan kondisi tersebut, MKKS SMP se-Surabaya meminta untuk bisa bertemu dengan Wali Kota Tri Rismaharin­i. Langkah tersebut penting setelah para kepala SMP swasta merasa tidak menemukan solusi meski telah rapat dengan dispendik. ”Kami ingin menyampaik­an unek-unek ke Bu Wali,” terang salah seorang kepala SMP swasta lainnya.

Ketua Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) Jawa Timur Sugijanto juga menerima banyak keluhan dari kepala SMP swasta di Surabaya. Keluhan itu terkait dengan minimnya jumlah murid yang diterima di SMP swasta.

Saat ini dari data yang dia peroleh, banyak SMP swasta yang menerima siswa jauh dari kapasitas rombel yang tersedia. Ada yang baru menerima dua kelas dari sebelas yang disediakan. Ada pula yang baru menerima 5–7 siswa. ”Bahkan, ada yang belum dapat siswa sama sekali,” terangnya.

Merosotnya siswa yang mendaftar di SMP swasta itu terjadi karena beberapa hal. Dari informasi kepala SMP swasta, mereka kompak menjawab hal itu dipengaruh­i oleh siswa PPDB SMP negeri. Pagu siswa dalam PPDB SMPN terlalu banyak.

Untuk mengatasi masalah tersebut, BMPS Jatim akan berkoordin­asi dengan perwakilan di Surabaya. Setelah itu, BMPS akan mencoba untuk bertemu dengan Dispendik Surabaya sebagai penyelengg­ara PPDB SMP negeri.

Bahkan, ada SMP swasta yang belum mendapat siswa sama sekali.”

SUGIJANTO Ketua Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) Jawa Timur

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia