Ketika Udara Dingin Menyerang
SAAT ini kita merasakan perubahan udara ekstrem di sebagian Pulau Jawa, terutama terjadi pada sore, malam, dan dini hari J
Hal itu terdokumentasi dengan jelas karena bersamaan dengan sedang berlangsungnya Piala Dunia. Saat banyak orang begadang menonton pertandingan.
Di Jakarta pada Jumat malam lalu (6/7) tercatat suhu udara sampai mencapai 24 derajat Celsius. Bahkan, jika kita terus bergerak ke arah Depok dan Bogor, suhu udara bisa mencapai di bawah 20 derajat Celsius.
Beberapa teman di Bandung melaporkan, udara ibu kota Jawa Barat itu mencapai 17 derajat Celsius. Di Purworejo, Jawa Tengah, temperatur juga mencapai 22 derajat Celsius di malam yang sama.
Secara rata-rata, penurunan suhu terjadi 20–30 persen dari hari-hari biasa. Tentu perubahan penurunan suhu udara yang ekstrem itu perlu diantisipasi.
Saya coba mengidentifikasi dua penyakit yang bisa timbul jika terjadi perubahan suhu udara yang ekstrem saat ini.
Pertama, penyakit kronis yang sudah ada sebelumnya pada masyarakat akan mengalami kekambuhan karena udara yang dingin. Di antaranya, asma (sesak napas), pilek alergi (rinitis alergi), sinusitis, serta alergi kulit karena udara dingin timbul bentolbentol dan gatal.
Kedua, penyakit yang timbul langsung akibat udara dingin: kulit menjadi kering, kulit telapak kaki menjadi pecah-pecah, timbul pecah-pecah pada bibir, dan kadang kala timbul mimisan.
Jika paparan udara dingin terus berlangsung, akan terjadi penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, perubahan cuaca yang ekstrem akan berpengaruh pada daya tahan tubuh.
Orang jadi mudah terserang penyakit infeksi virus atau bakteri, umumnya berupa infeksi saluran pernapasan atas. Jika tidak diantisipasi dengan baik, infeksi saluran napas atas akan berlanjut menjadi infeksi pada paru.
Ada kelompok masyarakat yang mempunyai risiko tinggi gangguan kesehatan karena cuaca dingin. Yaitu, para usia lanjut, anak dan balita, masyarakat dengan penyakit kronis, misalnya mempunyai penyakit diabetes, gangguan jantung dan pembuluh darah, serta para masyarakat yang mempunyai masalah dengan tiroidnya.
Bagaimana Menyiasati
Udara Dingin? Untuk menyiasati udara dingin, tidak bisa tidak, kita harus menutupi badan kita. Gunakan jaket. Usahakan pula untuk menggunakan pakaian berlapis. Juga, tutup kepala tambahan, kaus kaki tebal, dan sarung tangan selama berada di luar rumah atau ruangan.
Selalu usahakan untuk menggunakan pakaian yang kering dan bersih. Udara dingin yang menyengat dan langsung kontak dengan kulit akan mengakibatkan kulit menjadi kering.
Oleh karena itu, harus selalu mengolesi lotion pada kulit tangan dan telapak kaki agar kulit tidak mengering dan tidak menimbulkan luka. Bibir dan lubang hidung juga diusahakan untuk selalu diolesi krim. Tentunya krim yang untuk bibir dan hidung agar bibir tidak kering dan tidak menimbulkan luka yang pada akhirnya akan mengurangi nafsu makan. Mimisan atau keluar darah dari hidung sering terjadi pada masyarakat yang mengalami kekeringan pada lubang hidung.
Minum yang cukup untuk mencegah terjadinya dehidrasi atau kekurangan cairan yang akan memperburuk kesehatan akibat udara dingin tersebut. Saat udara dingin, kita cenderung tidak haus dan menghindari minum.
Selain itu, kita harus menghindari minuman yang mengandung kafein secara berlebihan. Contohnya, kopi atau minuman bersoda. Sebab, minuman tersebut akan memperberat dehidrasi dan tubuh menjadi tidak tahan terhadap dingin.
Jika buang air kecil, air kencing kita menjadi lebih keruh. Itu tanda bahwa kita harus meningkatkan konsumsi air.
Makan juga merupakan hal penting dan selalu diperhatikan. Tetap mengosumsi buah dan sayur-sayuran.
Mudah-mudahan informasi ini dapat digunakan untuk antisipasi dan mengatasi masalah cuaca ekstrem yang ada saat ini, terutama saat malam. Di saat masyarakat kita tengah seru-serunya menonton Piala Dunia 2018. *) Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia