Air Turun, Cepat Dievakuasi
Berpacu dengan Waktu Selamatkan Anak-Anak dari Gua
Air dan waktu adalah musuh terbesar untuk menyelamatkan tim sepak bola junior Moo Pa yang terjebak di kompleks Gua Tham Luang. Persediaan oksigen kian tipis dan hujan deras segera turun.
”KAMI akan membawa anakanak itu pulang.” Kalimat itu diucapkan Saman Kunan saat berangkat untuk bergabung menjadi relawan penyelamat 12 bocah anggota tim sepak bola Moo Pa dan seorang pelatihnya.
Tidak disangka, justru Saman yang berpulang. Penyelam andal itu kehabisan oksigen saat memasang tangki udara di jalur penyelamatan. Mantan anggota Navy Seal Thailand itu menjadi bukti bahwa proses evakuasi tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Musim hujan yang mulai datang, faktor psikologis, menipisnya oksigen di dalam gua, dan beberapa faktor yang lain adalah risiko penyelamatan. Tim penyelamat kini sedang menghitung, peluang evakuasi mana yang paling baik dan minim risiko.
Opsi untuk mengeluarkan anakanak itu dari atas sebenarnya menjadi pilihan terbaik. Hingga kini, sudah ada lebih dari 100 lubang yang digali. Tetapi, karena keterbatasan teknologi, tim penggali tak tahu lubang mana yang paling dekat dengan para korban.
Elon Musk memberikan harapan. CEO SpaceX dan Tesla itu sebelumnya mencuit bahwa dia menawarkan bantuan berupa baterai untuk membantu proses memompa air dari dalam gua agar lebih kuat. Dia juga punya tabung dari serat nilon untuk evakuasi. Plus teknologi mutakhir pengeboran gua.
Perusahaan milik Musk, Boring Co, memang merupakan pakar pengeboran. Mereka kerap menjalankan proyek menggali terowongan untuk transportasi dan memiliki teknologi yang canggih. Musk telah mengirim timnya ke Thailand.
”Mendapat feedback bagus dari para pakar gua di Thailand. Berulang-ulang membuat desain alat untuk keluar bersama mereka yang mungkin cukup aman untuk dicoba,” cuit Musk kemarin (7/7) di akun Twitter-nya sebagaimana dilansir Sky News.
Dia juga menambahkan bahwa tabung mengapung dengan kunci udara juga dibuat. Tapi, rupanya, kecil kemungkinan tabung tersebut digunakan. Sebab, medan penyelamatan sulit.
Hingga kini, pemerintah Thailand belum menginformasikan secara resmi tentang bantuan dari Musk. Tim penyelamat masih berkutat untuk menyedot air keluar dari gua.
Agar tak ada tambahan air, ada tim lain yang diterjunkan untuk menutup aliran-aliran air menuju gua. Pencarian lubang air tersebut sulit. Sebab, banyak yang tersembunyi di sela-sela bebatuan dan dedaunan.
Opsi yang sangat mungkin bakal diambil ialah mengevakuasi anak-anak itu sesegera mungkin sebelum hujan deras kembali datang. ”Tiga atau empat hari ke depan adalah waktu terbaik dan paling ideal untuk operasi penyelamatan,” ujar Kepala Tim Penyelamat Narongsak Osottanakorn.
Mantan gubernur Provinsi Chiang Rai itu menegaskan bahwa saat ini kadar udara, level ketinggian air, serta kesehatan 12 anak tersebut dan pelatihnya dalam kondisi bagus.
Tetapi, mereka harus melakukannya dengan cepat. Jika hujan kembali datang, seluruh rencana bisa buyar. Penyelam profesional dari Inggris, Australia, serta beberapa negara Eropa dan Asia ikut bergabung.
Instruktur selam asal Denmark Ivan Katadzic menegaskan bahwa keyakinannya meningkat dua kali lipat setelah dia menyelam Jumat (6/7) untuk mengirimkan tabung oksigen. Sebab, ketinggian air telah turun cukup signifikan.
Katadzic tak menyelam di kilometer terakhir, tempat para bocah tersebut ditemukan. Di sekitar tempat itu ada cekungan paling berbahaya. Sebab, tabung oksigen tak bisa dipakai. Harus dibawa di depan penyelam karena lokasinya yang sempit. Di area itu, air juga mengandung lumpur dan menghalangi pandangan.
Jika nanti anak-anak itu dieva- kuasi, mereka satu per satu akan didampingi oleh penyelam profesional. Butuh usaha ektra untuk membawa seorang anak yang baru belajar menyelam keluar dari gua tersebut. Sebab, penyelam profesional saja yang berangkat sendiri butuh waktu 5 jam.
Saat mereka keluar nanti, pendampingan psikologis tetap diperlukan. Terutama untuk kembali beradaptasi dengan kehidupan mereka sehari-hari. Ditakutkan, beberapa korban mungkin mengalami masalah kesehatan mental jangka panjang.
Sebagai contoh, penambang Cile yang terjebak 69 hari di bawah tanah. Beberapa di antara mereka mengaku masih sering teringat pengalaman buruknya saat terjebak. Bahkan, ada yang kesulitan bertahan di pekerjaannya sebagai penambang. ”Semoga anak-anak itu tak terjebak lama,” terangnya.
UJAR MEREKA Saran saya, mereka harus tetap kuat. Saya ingin mereka tahu bahwa takut itu normal. Kami juga takut dan menangis.” OMAR REYGADAS Penambang yang pernah terjebak selama 69 hari di tambang Atacama Desert, Cile.