Lolos Ujian Taktik Tersulit
KAZAN – ’’Belgia akan berbeda.’’ Begitu janji Roberto Martinez, tacticus Belgia, sebelum laga perempat final melawan Brasil. Martinez menepati janjinya. De Rode Duivels –julukan Belgia– tidak bermain seperti biasanya di Kazan Arena, Kazan, Sabtu dini hari kemarin WIB (7/7). Tidak lagi bermain dengan ball possession rata-rata 55,5 persen. Belgia hanya menguasai 41 persen.
Begitu pula halnya dengan formasinya. Martinez berjudi. Dia kali pertama meninggalkan pakem back three-nya sejak bulan madu Piala Dunia 2018.
Gambling-nya tersebut membawa efek positif. Belgia kali pertama sukses mengalahkan Canarinha –julukan Brasil– di Piala Dunia sekaligus mengulang capaian pada Piala Dunia 1986. Yakni, lolos ke semifinal.
’’Ini rencana taktik tersulit yang saya berikan kepada pemain,’’ ungkap Martinez, dilansir di The Guardian. Tersulit karena sudah lama Martinez tidak pernah menerapkan formasi empat bek. Dia kali terakhir menerapkan taktik tersebut dalam kualifikasi Piala Dunia 2018 zona UEFA saat menantang BosniaHerzegovina pada 7 Oktober 2016.
Dengan formasi itu, Belgia mampu menggilas Bosnia empat gol tanpa balas di Brussels. Bedanya, saat itu mantan pelatih Wigan Athletic dan Everton tersebut menerapkan formasi 4-2-3-1. Dan kemarin WIB, pelatih berkebangsaan Spanyol itu memilih formasi 4-3-3. Selama dia menjadi pelatih Belgia, baru ini dia menempatkan striker Romelu Lukaku sejajar dengan kedua sayap.
Guiden trio-nya, Lukaku-De Bruyne-Eden Hazard, main bersama sebagai front three. Pada era Martinez, baru kali ini dia memakai front three. ’’Dengan gaya itu (permainan Belgia seperti biasanya), Anda mungkin bisa berpikir kami bisa menang dengan mudah. Tetapi, (lawan kami) ini Brasil. Kami harus berani lebih taktis. Pemain percaya (rencana taktiknya). Ini tentang eksekusi taktik,’’ tutur Martinez. Dengan formasi 4-3-3, bukan Lukaku inti serangannya. KDB –inisial nama Kevin de Bruyne– yang menjadi false nine-nya. Motor Manchester City itu menjadi kunci counter attack Belgia. Satu golnya mampu menjadi jawaban dari rencana taktikal Martinez itu. Meskipun, diakui Martinez, pemainnya pada awal-awal laga sempat sangsi. ’’Taktik dan hati yang menyatu,’’ klaimnya.
Selain perubahan taktik di lini depan, barisan pemain tengahnya dirombak. Terlebih dengan keputusan Martinez memainkan Marouane Fellaini dan Nacer Chadli –dua heronya saat comeback mengalahkan Jepang di 16 besar. Fellaini dan Chadli kemarin menjadi starter. Lalu, Dries Mertens duduk di bangku cadangan. Padahal, Mertens juga termasuk kuartet serangan Belgia.
Kembali ke trio lini depannya, media-media Belgia, salah satu- nya Sporza, menilai mereka akan menjadi modal Belgia melaju ke final Piala Dunia. Atau, bahkan memenanginya. ’’Tak peduli di posisi mana saya bermain. Saya cuma mencoba berkontribusi bagi tim ini, sejauh apa pun yang saya mampu,’’ ungkap De Bruyne sebagaimana dilansir Voetbalnieuws.
Pada semifinal, Belgia sudah ditunggu Prancis. Sama dengan Belgia, Les Bleus –julukan Prancis– juga unbeaten
di Piala Dunia 2018. Duel semifinal antarnegara bertetangga tersebut digelar di Krestovsky Stadium, Saint Petersburg, Rabu dini hari nanti WIB (11/7). Sama dengan Brasil, Belgia sepanjang sejarah main di Piala Dunia belum pernah bisa memenangi head-to-head-nya melawan Prancis.