Hentikan Diskusi dan Nobar
Petugas Juga Gelar Operasi Yustisi
SURABAYA – Suasana tegang mewarnai pendataan penduduk nonpermanen di Kelurahan Pacar Keling, Kecamatan Tambaksari, Jumat malam (6/7). Penghuni asrama mahasiswa Papua di kawasan Jalan Kalasan tersebut bersitegang dengan aparat gabungan. Mereka menolak pendataan.
Pendataan penduduk nonpermanen itu berlangsung sejak pukul 19.00. Tim gabungan dari satpol PP kecamatan, polsek, dan koramil ditolak para penghuni asrama. Mereka beralasan operasi yang dilakukan tidak sah. Sebab, para petugas tidak menunjukkan surat tugas. Selain itu, personel yang diturunkan terlalu banyak.
Sebelumnya, para mahasiswa akan mengadakan diskusi rutin mingguan. Namun, acara itu batal karena keduluan petugas yang datang. Diskusi tersebut rencananya membahas isu-isu terhangat seperti pendidikan dan kebudayaan di wilayah Papua.
Selain pendataan penduduk, operasi malam itu bertujuan mencegah gerakan anti-NKRI. Kapolsek Tambaksari Kompol Prayitno mengatakan, tindakan tersebut merupakan wujud pencegahan. ’’Kami tidak ingin terjadi hal yang sama seperti di Malang. Mereka menonton film yang bisa memecah belah NKRI,’’ katanya.
Koordinator Kontras Surabaya Fatkhul Khoir yang mendampingi mahasiswa Papua menyatakan keberatan dengan operasi yustisi itu. Dia meminta camat dan petugas melakukan pendataan ketika situasi sudah kondusif. ’’Semua penghuni asrama tidak mempermasalahkan pendataan. Tapi, penghentian diskusi dan nonton film bersama yang kita protes,’’ tuturnya.
Menurut Camat Tambaksari Ridwan Mubarun, di asrama mahasiswa Papua tersebut sering berlangsung diskusi. Menurut dia. agenda diskusi itu bisa mengarah ke gerakan pemecahan NKRI.
Sementara itu, pendataan penduduk juga dilakukan di kawasan elite di Kecamatan Sukolilo kemarin. Sasarannya di Jalan Klampis Sacharosa yang banyak terdapat kos-kosan dengan penghuni pendatang.
Kegiatan gabungan dari kecamatan, polsek, dan koramil tersebut merupakan langkah antisipasi atas kegiatan yang bisa mengancam ketenangan warga. Tiga pilar tersebut sepakat tidak ingin kecolongan di wilayahnya. ’’Karena itu, kegiatan seperti ini akan terus dilakukan,’’ ujar Camat Sukolilo Kanti Budiarti.
Selain mendata, anggota Polsek Sukolilo memeriksa barang milik penghuni. Mereka tidak ingin ada yang menyimpan barang terlarang maupun berbahaya. ’’Kami mengantisipasi sampai ke hal-hal kecil,’’ papar Kapolsek Sukolilo Kompol Ibrahim Gani.
Dari kegiatan itu, belum ada penghuni yang mencurigakan. Kos yang berharga sekitar Rp 650 ribu–Rp 1,5 juta per kamar itu mayoritas dihuni perantau yang bekerja di Surabaya.