Mayoritas karena Salah Pilih Teman
Usia Remaja Sudah Kenal Narkoba
Jaringan narkoba tidak mengenal usia. Mereka tidak segan menyasar anak di bawah umur. Butuh kesadaran bersama untuk menekan ruang geraknya.
USIANYA masih cukup muda. Baru 18 tahun. Danang Prayogo sudah harus menghadapi bayang-bayang mendekam lama di penjara. Beberapa waktu lalu polisi membekuknya. Danang diringkus lantaran membawa narkoba jenis sabu-sabu (SS). Dari proses penyidikan diketahui bahwa dia akrab dengan barang laknat itu sejak belia.
Danang salah memilih teman. Mayoritas temannya putus sekolah. Setelah menuntaskan pendidikan SMP, anak kedua di antara tiga bersaudara itu malah mengikuti jejak mereka. Ironisnya, keluarga juga tidak mencegah. Faktor ekonomi menjadi penyebabnya. Bapaknya tidak punya penghasilan tetap. Begitu juga ibunya.
Danang dan teman-temannya kerap nongkrong sampai pagi. Mereka juga sering berpesta minuman keras (miras). Uangnya didapat dari hasil mengamen. Lambat laun, gerombolan pemuda itu semakin liar. Bukan hanya miras yang menjadi pilihannya, tetapi juga narkoba. ’’Iseng coba-coba, pilihannya sabu-sabu,” ungkapnya.
Eh, seiring dengan berjalannya waktu, pesta terlarang tersebut `justru menjadi kebiasaan. Danang dan teman-temannya yang masih belasan tahun kecanduan. Mereka merasa tidak nyaman kalau lama tidak mengonsumsi narkoba. ’’Di rumah juga pakai,” katanya.
Danang memilih kamar mandi sebagai tempat mengisap barang haram itu. Namun, perilakunya akhirnya terendus keluarga. Bapaknya menemukan alat isap yang tertinggal. Danang dimarahi habis-habisan. Dia sempat dititipkan ke rumah saudara di luar kota.
Danang kembali ke rumah dua tahun berselang. Awalnya dia kangen dengan keluarga. Dia pun kembali diajak teman lamanya untuk merasakan narkoba. Danang sempat menolak. Hanya, rasa candu membuat pikirannya tidak keruan. ’’Mau bagaimana lagi, akhirnya ikut,” jelasnya.
Dia berdalih narkoba membuat dirinya tenang. Danang nekat dengan segala kemungkinan buruknya, termasuk ditangkap polisi. ’’Waktu itu kerja di proyek. Badan rasanya lebih segar setelah pakai,” katanya.
Kasatreskoba Polresta Sidoarjo Kompol Sugeng Purwanto menyatakan, peluang pengguna narkoba untuk sembuh memang kecil. Sebab, zat adiktif yang terkandung di dalamnya sangat kuat. ’’Meskipun diobati, rasa ingin terus menggunakan itu tidak hilang,” tuturnya.
Menurut dia, pe- Kasatreskoba Polresta Sidoarjo
TAHUN 2017
ngedar narkoba tidak pandang bulu dalam mencari korban. Fakta tersebut harus mendapat perhatian bersama. Mulai pihak berwajib sampai orang tua. ’’Mayoritas korban narkoba terjebak pergaulan yang salah,” sebutnya.
Keluarga, kata dia, menjadi kunci utama untuk pencegahan. Orang tua tidak boleh menutup mata dengan kondisi anaknya. ’’Bawa ke BNN untuk direhabilitasi,” ucapnya.
Langkah itu lebih baik daripada harus menghadapi kenyataan anaknya diamankan polisi. ’’Orang tua harus peduli, secara kasatmata ciri-ciri pengguna narkoba itu bisa terlihat,” jelasnya.
Sugeng menyebutkan, ciri pengguna narkoba yang paling mudah ditengarai adalah rasa malas yang berlebihan. Juga, kelopak mata yang tampak menghitam. ’’Mereka yang memakai narkoba sulit tidur. Jadi, kalau ada anak yang suka begadang tidak jelas, orang tua patut curiga,” terangnya.
Berdasar data Satreskoba Polresta Sidoarjo, pada semester pertama tahun ini, terdapat 311 tersangka narkoba. Dari jumlah tersebut, tersangka dengan usia 18–35 tahun masih mendominasi.
’’Jumlahnya 236 orang,’’ ucap Sugeng. Sementara itu, tersangka dengan usia di bawah 17 tahun tercatat tiga orang.
Orang tua harus peduli, secara kasatmata ciriciri pengguna narkoba itu bisa terlihat.” KOMPOL SUGENG PURWANTO
BARANG BUKTI