Jawa Pos

Moo Pa, Dream Team Sepak Bola di Mae Sai

- Laporan AHMAD BAIDHOWI

MAE SAI – Media di berbagai belahan dunia terus mengulas kisah dramatis penyelamat­an 12 anak anggota klub sepak bola Moo Pa dan seorang asisten pelatihnya di Thailand. Mereka bertahan hidup setelah terjebak hampir tiga pekan

dari Mae Sai, Thailand di dalam Thum (Gua) Luang.Rupanya, mereka memang anak-anak pilihan

J

Di usia belia, fisik dan mental mereka ditempa di klub Moo Pa yang merupakan dream team alias tim impian di Distrik Mae Sai, semacam kabupaten di Indonesia. Moo pa dalam bahasa Thailand berarti babi hutan liar. Namun, dalam bahasa seharihari penduduk Thailand, moo pa biasa juga digunakan sebagai kiasan untuk kata berbahaya dan menakutkan.

Nopparat Kantawong (pelatih) dan Ekapol Chantawong (asisten pelatih) mengumpulk­an anakanak dengan skill sepak bola di atas rata-rata dari berbagai sekolah di Mae Sai. Enam di antara 12 anak itu berasal dari Prasitsart School, sekolah terbesar di Distrik Mae Sai. Total, ada 2.800 siswa di sekolah yang terletak sekitar 2 kilometer dari perbatasan Thailand dengan Myanmar itu.

Sebagai negara penggila sepak bola, ada ratusan anak di Prasitsart School yang setiap hari menggeluti si kulit bundar. Namun, hanya ada enam anak yang tembus ke tim Moo Pa. Termasuk, Duangphet Phromthep, 13, sang kapten dan striker di tim Moo Pa. Lima lainnya adalah Panumas Sangdee, 13; Sompong Jaiwong, 13; Prachak Sutham, 15; Natthawut Thakamsong, 14; dan Pirapat Sompiangji, 16. ”Mereka tim hebat,” kata Tilek Jana, teman Prachak di kelas VIII Prasitsart School, kemarin (12/7).

Menurut Tilek, setiap istirahat makan siang, para anggota tim Moo Pa selalu bermain sepak bola di lapangan futsal yang berada di tengah sekolah. Mereka membaur dengan anak-anak lain yang juga menggemari sepak bola. ”Biasanya kami bermain bersama sekitar 30 menit,” katanya.

Arthittaya Kunadoi, murid lain di Prasitsart School, menyebut anak-anak anggota Moo Pa termasuk berprestas­i di sekolah. ”Saya teman Prachak. Dia termasuk yang paling keras belajar di kelas,” ujarnya.

Anggota tim Moo Pa juga cukup dikenal di sekolah. Misalnya Duangphet Phromthep, kapten tim Moo Pa. Suwicha Jitbarn, guru di Prasitsart School, menyebut Duangphet memiliki jiwa kepemimpin­an yang bagus. Dia juga sudah dilirik beberapa klub di Liga Thailand untuk masuk ke tim junior mereka.

Karena itu, tak mengherank­an, meski baru berusia 13 tahun, dia dipercaya untuk memimpin rekan-rekan yang sebagian besar berusia lebih tua daripada dirinya. ”Yang kami tahu, dia juga pandai memotivasi temanteman­nya,” jelas guru di sekolah yang menerapkan program bilingual (bahasa Thailand dan bahasa Inggris) itu.

Konthong Laosinthon­g, juga murid Prasitsart School, mengatakan bahwa teman-temannya di tim Moo Pa biasa berlatih di lapangan Distrik Mae Sai yang hanya berjarak sekitar 300 meter dari sekolahnya. ”Jadi, mereka sering langsung berlatih di lapangan setelah bersekolah, tidak pulang dulu,” ujarnya.

Letak lapangan Distrik Mae Sai tak jauh dari taman kota. Di sisi barat lapangan itu, terdapat tribun untuk penonton. Karena di pagi hari lapangan itu juga dipakai murid-murid Prasitsart School, didirikan sebuah bangunan di pinggirnya.

Di dalam bangunan itu, berjajar puluhan trofi atau piala yang diraih para murid dalam kejuaraan-kejuaraan antarsekol­ah di Mae Sai. Sebagian di antaranya adalah trofi kejuaraan sepak bola. ”Itu diraih berkat anggota tim Moo Pa,” kata Suwicha Jitbarn.

Sebagai lapangan utama, terkadang fasilitas itu juga dipakai tim sepak bola lain. Jika lapangan terpakai, tim Moo Pa pindah latihan ke sebuah lapangan di dekat Thum Luang. Pada 23 Juni lalu, asisten pelatih Ekapol Chantawong mengajak 12 anggota timnya berlatih di lapangan dekat gua itu.

Mereka bersepeda dari lapangan utama Distrik Mae Sai sejauh 8 kilometer. Setelah latihan itulah, mereka masuk ke gua. Mereka lalu terjebak di dalamnya setelah air membanjiri lorong-lorong gua.

 ?? AHMAD BAIDHOWI/JAWA POS ?? PARA SAHABAT: Dari kiri, Konthong Lausinthon­g, Arthittaya Kunadoi, dan Tilek Jana, tak sabar segera bertemu dengan enam teman sekolah mereka di Prasitsart School yang berhasil diselamatk­an dari Gua (Thum) Luang.
AHMAD BAIDHOWI/JAWA POS PARA SAHABAT: Dari kiri, Konthong Lausinthon­g, Arthittaya Kunadoi, dan Tilek Jana, tak sabar segera bertemu dengan enam teman sekolah mereka di Prasitsart School yang berhasil diselamatk­an dari Gua (Thum) Luang.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia