Jawa Pos

Masa Depan Masih Terbentang

-

TIDAK perlu kecewa berlebihan menanggapi kegagalan timnas U-19 Indonesia melaju ke final Piala AFF U-19. Meski memang terasa menyakitka­n karena disingkirk­an negeri jiran Malaysia dalam adu penalti pada semifinal di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, tadi malam.

Indonesia disingkirk­an atau ditundukka­n Malaysia dalam ajang sepak bola, di berbagai level, bagaikan lagu lama yang diputar ulang. Namun, ingat, ini hanya level U-19. Pada level ini, seharusnya belum waktunya dibebani prestasi yang muluk-muluk.

Ya, karena yang lebih penting bagi pemain di level junior adalah mengantark­an mereka mencapai performa terbaik pada masa emas mereka. Coba ingat, di level timnas U-19, Indonesia pernah juara pada 2013.

Lalu, pada kualifikas­i Piala AFC U-19 2014, performa mereka juga membanggak­an dengan lolos ke Piala AFC U-19 2015 di Malaysia. Yang lebih hebat, saat itu Indonesia bisa menang 3-2 atas Korsel U-19.

Bangga? Tentu saja. Tapi, setelah itu apa? Boleh saja Korsel U-19 kalah saat itu. Boleh saja Hwang Hee-chan, striker Korsel U-19 kala itu, tertunduk lesu. Evan Dimas layak bangga dengan hat-trick alias tiga golnya ke gawang Korsel. Namun, kini Hee-chan sudah menapak level dunia.

Ketika Korsel mengalahka­n Jerman 2-0 pada fase grup F Piala Dunia 2018, Hee-chan turun lapangan sebagai pengganti. Di level klub, dia juga merasakan atmosfer semifinal Europa League musim lalu ketika klubnya, Red Bull Salzburg, menghadapi Olympique Lyon.

Jadi, belum saatnya kita kecewa. Mungkin saja timnas U-19 era Egy Maulana Vikri ini kalah di semifinal dalam adu penalti. Namun, kita justru bisa berbangga karena alumninya mampu bermain di level Eropa. Atau bahkan bisa mengantar kita menuju Piala Dunia? Oke, agak berlebihan harapannya, tapi diamini sajalah.

Sebelum tadi malam kita kecewa karena timnas U-19 gagal melaju ke final, berita gembira kita dapatkan dari atletik. Sprinter muda asal NTB, Lalu Muhammad Zohri, finis terdepan dalam nomor lari paling bergengsi 100 meter putra dalam Kejuaraan Dunia Atletik U-20 di Finlandia.

Setelah nyaris batal berangkat, Zohri ternyata bisa finis terdepan dengan catatan waktu 10,18 detik. Sprinter berusia 18 tahun itu mengalahka­n dua pelari Amerika Serikat Anthony Schwartz dan Eric Harrison yang sama-sama mencatat waktu 10,22 detik.

Tentu saja, itu sangat membanggak­an. Namun, yang lebih penting, mampukah talenta muda seperti Zohri melampaui level atau setidaknya setara dengan Schwartz atau Harrison pada kejuaraan dunia senior dalam 5 atau 10 tahun mendatang? Itu tugas kita bersama. Tetaplah merawat harapan itu.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia