Pengadilan India Mulai Berubah karena Kritik
NEW DELHI – Pemerkosaan masih menjadi momok di India. Hampir tiap pekan ada kasus baru yang muncul. Kritik deras masyarakat internasional membuat pengadilan India berbenah. Termasuk tak mau memberi peluang bagi pelaku untuk lolos. Pengadilan Tinggi Kochi di Negara Bagian Kerala misalnya.
Rabu (11/7) lembaga itu menolak permohonan tiga pendeta yang terjerat kasus pelecehan seksual untuk menangguhkan penahanan. ”Saya tidak bisa membiarkan mereka kabur. Berdasar informasi dari kepolisian, mereka punya potensi tinggi untuk memengaruhi saksi atau menghilangkan barang bukti,” papar hakim R. Vijayaraghavan sebagaimana dilansir Associated Press.
Tiga pendeta dari Malankara Orthodox Syrian Church itu segera ditangkap dan dijebloskan ke tahanan. Dengan demikian, polisi bisa menyeriusi investigasi kasus pemerkosaan yang menjadikan mereka tersangka. Menurut Press Trust of India, laporan itu diajukan seorang perempuan yang tercatat sebagai jemaat di gereja tersebut. Dia mengaku menjadi korban pelecehan seksual selama bertahun-tahun.
Akhir pekan lalu polisi meng- amankan seorang kepala sekolah, dua guru, dan tiga siswa sebuah SMA di Negara Bagian Bihar. Mereka berkali-kali memerkosa seorang siswi dalam tujuh bulan terakhir. ”Kami sedang mengintensifkan penyelidikan. Kini keenam- nya berstatus tersangka,” kata Inspektur Polisi Har Kishore Rai.
Konon, selain enam tersangka, ada 13 siswa lain yang terlibat. Kini 13 nama yang disebutkan korban juga menjalani interogasi. Namun, status mereka adalah saksi.
Korban yang tidak disebutkan namanya itu mengaku diperkosa kali pertama pada Desember lalu. Saat itu tiga siswa yang kini berstatus tersangka tersebut memerkosanya. Bahkan, mereka merekam perbuatan bejat tersebut dengan kamera video. Video itu lantas tersebar di lingkungan sekolah.
”Saat ini kami sudah bentuk tim khusus untuk menuntaskan penyelidikan secepatnya,” ujar Rai. Dalam enam bulan terakhir, ada sedikitnya 250 kasus pemerkosaan di Bihar.