Buka PPDB Tahap Kedua
Demi Penuhi Ratusan Bangku Kosong
GRESIK – Sekolah-sekolah SMPN favorit memang diserbu pendaftar dan penuh. Namun, sepuluh SMP negeri lain justru masih terkesan merana. Kekurangan siswa. Dispendik Gresik membuka seleksi PPDB untuk tahap kedua. Masih banyak bangku kosong.
PPDB tahap kedua itu merupakan kebijakan khusus dispendik. ’’Ini berlaku terbatas untuk sepuluh lembaga,” kata Kadispendik Gresik Mahin kemarin (12/7).
Pendaftaran tahap kedua dibatasi tiga hari. Dibuka Rabu (11/7) hingga hari ini (13/7). Hasil seleksi langsung diumumkan Sabtu (14/7). Proses seleksi pun digelar masing-masing internal sekolah. Mekanismenya offline. Calon siswa harus mendaftar langsung ke sekolah tujuan (lihat grafis).
Menurut Mahin, PPDB tahap kedua tetap diprioritaskan bagi calon siswa dengan domisili terdekat. Panitia mempertimbangkan pula nilai USBN calon siswa. ’’Sekolah juga harus utamakan siswa tidak mampu,” imbuh Mahin.
SMPN-SMPN di wilayah Gresik Utara belum memenuhi pagu. Di Kecamatan Sidayu, hanya SMPN 1 Sidayu yang sudah penuh. Selebihnya, di SMPN 2 Sidayu, SMPN 3 Sidayu, dan SMPN 4 Sidayu, masih banyak bangku kosong.
Bangku kosong di SMPN 1 Panceng juga cukup banyak. Dari 160 total pagu, sekolah hanya bisa menjaring 58 siswa baru. Selebihnya, 102 kursi, masih kosong melompong. ’’Ini bukti bahwa sistem zonasi belum bisa menciptakan pemerataan,” kata Wakil Ketua Komisi IV DPRD Gresik Hamzah Takim.
Menurut dia, kondisi itu dipicu sejumlah faktor. Salah satunya kualitas layanan pendidikan yang belum merata. Sekolah di kawasan perkotaan dinilai lebih bagus daripada sekolah pinggiran. Wali murid atau calon siswa pun menyerbu sekolah di kota. ’’Kualitas pendidikan di lembagalembaga belum merata,” paparnya.
Persoalan lain adalah penyebaran sekolah negeri antar-kecamatan yang tidak sesuai dengan kebutuhan wilayah. Kecamatan Driyorejo contohnya. Di sana hanya ada satu SMP negeri. Padahal, jumlah lulusan SD/MI di wilayah itu tergolong besar. Jumlah pendaftarnya besar.
Pada PPDB 2018/2019 ini, SMPN 1 Driyorejo diserbu lebih dari 700 pendaftar. Padahal, pagu hanya 352 kursi. ’’Pendaftar menumpuk di situ karena tidak ada pilihan,” tambah anggota DPRD Gresik.
Bandingkan dengan Kecamatan Sidayu. Di situ berdiri empat SMP negeri. Padahal, jumlah lulusan SD/MI lebih kecil daripada Driyorejo. Kondisi serupa terjadi di beberapa kecamatan lain. ’’Apalagi kecenderungan warga Sidayu lebih memilih pondok pesantren daripada sekolah umum,” papar politikus PKB itu.