Setia Mengajar karena Senang Tukar Pikiran
SURABAYA –
Tribute Lecture XVII Tribute to: Prof Dr dr Djohansjah Marzoeki SpB SpBP-RE (K). Ada artis Dorce Gamalama, pasien ganti kelamin, yang pernah ditangani Prof Djohansjah.
”Saya sama sekali tidak tahu akan ada Dorce hadir,” ujar Prof Djo, sapaan Prof Djohansjah. Kehadiran Dorce ternyata memang salah satu kejutan. Semua disiapkan para anak didik Prof Djo.
Dorce adalah salah seorang pasien yang banyak menjadi perbincangan setelah memutuskan mengganti kelamin. Dari laki-laki menjadi perempuan. Kejutan itu juga wujud rasa sa- yang murid-murid Porf Djo untuk sang guru. Panutan yang tidak pernah berhenti memberikan ilmu kepada mereka.
”Kami, meski masih junior, bisa bebas berdiskusi dengan beliau. Bahkan, pertanyaan sebodoh apa pun tidak akan ditertawakan atau diejek,” ungkap Dr dr Lynda Hariani SpBP-RE (K), ketua panitia acara.
Prof Djo memang dikenal selalu terbuka menerima masukan. Terutama yang berargumen kuat. ”Saya itu senang dengan ilmu dan ilmiah. Dalam dunia ilmiah ini kekuasaan dan jabatan sehebat apa pun tidak memiliki pengaruh dalam kebenaran ilmiah,” tutur Prof Djo.
Itu juga menjadi salah satu alasan dirinya masih semangat mengajar dan membagikan ilmu. Keberadaannya bisa menjadi pengingat. ”Atau, bisa jadi teguran yang saya berikan itu salah sehingga bisa terjadi diskusi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik,” jelasnya. Intinya, lanjut Prof Djo, kalau ada sesuatu yang kelihatan kurang benar, jangan dibiarkan begitu saja.
Prinsip itu sesuai dengan orasi tentang Perkembangan Ilmu dan Budaya Ilmiah yang dia bawakan. Ada sepuluh poin dari budaya akademik. Salah satunya, kritik sebagai sebuah kontribusi dalam perkembangan budaya ilmiah.(dwi/c25/roz)