Polisi Geledah LBB Muiz
Lakukan Prarekonstruksi
SURABAYA – Penyidik Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Surabaya mendatangi rumah kontrakan Ulla Abdul Muiz, 34, kemarin. Rumah yang beralamat di Benowo itu juga menjadi tempat lembaga bimbingan belajar (LBB) milik Muiz.
Selain melakukan olah TKP, polisi melakukan prarekonstruksi peristiwa pencabulan oleh tersangka terhadap dua remaja yang menjadi korbannya. Dari reka ulang diketahui bahwa Muiz mencabuli dua korban yang berusia 17 tahun sejak Mei 2017 di dua kamar berbeda. Korban pertama yang berinisial NR dicabuli di kamar belakang yang difungsikan sebagai kamar pribadi pelaku.
Di kamar itu, korban diminta terlentang di atas kasus busa. Selanjutnya, pelaku melakukan pelecehan seksual kepada korban. Mirip dengan korban pertama, korban kedua yang berinisial NL dicabuli dengan cara sama di kamar depan yang difungsikan untuk tempat belajar siswa.
Polisi juga menyita dokumendokumen, termasuk brosur-brosur yang berkaitan dengan operasional LBB itu. Dari situ diketahui bahwa LBB MH Mindset tersebut tidak berizin atau ilegal. Tersangka yang mengelola LBB itu sejak 2008 menempati rumah kontrakan tersebut sejak dua tahun lalu. Untuk menarik orang tua dan siswa belajar di situ, Muiz mencantumkan gelar akademis di kartu nama dan brosurnya.
Polisi kemudian memasangi garis polisi di rumah kontrakan tersebut. Kanit PPA Polrestabes Surabaya Kompol Ruth Yeni mengatakan, pemasangan garis polisi itu memudahkan penyidikan. Korban, lanjut dia, dikenai pasal berlapis. Yakni, pasal 82 Undang-Undang Perlindungan Anak dan pasal 263 KUHP tentang pemalsuan dokumen.
”Kami masih mendalami pidana lain tentang penipuan dengan pemasangan titel palsu, padahal dia hanya lulusan SMA. Titel palsu ini untuk menggerakkan orang tua dan siswa agar tertarik belajar di situ dan menjadi peluang terjadinya pencabulan,” tuturnya.
Untuk kasus pencabulan, polisi sudah memeriksa delapan saksi. Mereka adalah dua korban, orang tua siswa, dan para tetangga Muiz. Saksi yang diperiksa, menurut Kompol Yeni, akan bertambah. Termasuk korban yang diyakini lebih dari dua orang itu. ’’Sangat mungkin ada tambahan korban, tapi masih kami dalami pastinya berapa,’’ ucapnya.
Sementara itu, untuk kasus pemalsuan gelar dan izin operasional LBB, kini pihaknya masih berkoordinasi dengan Pemkot Surabaya. ’’Kami memastikan bahwa titel itu palsu dan sudah diakui tersangka, tidak ada ijazah palsu. Dia hanya mencantumkan titel palsu di kartu namanya untuk meyakinkan orang,’’ ungkapnya.
Sementara itu, Muiz mengakui untuk menarik siswa agar belajar di LBB yang dikelolanya, dirinya menjanjikan siswa tersebut bisa diterima di sekolah negeri favorit. Biaya bimbel untuk SD dan SMP itu beragam, mulai Rp 2 juta sampai Rp 4 juta.
Namun, menurut Wakil Ketua RT Agus Mulyono, hanya sedikit siswa LBB Muiz yang diterima di sekolah negeri favorit. Itulah salah satu alasan LBB yang dulu siswanya sampai ratusan tersebut kini tinggal 30-an siswa. Menurut dia, Muiz tidak disukai tetangganya. Meskipun dikenal religius, dia tidak memiliki tata krama dan cuek kepada masyarakat sehingga membuat para tetangganya kesal.
”Yang belajar di sini juga ada yang sampai dini hari, ada yang sampai menginap pulang pagi. Di luar banyak kendaraan terparkir, tapi tertutup dari dalam,” kata Agus.