Tekan Belanja Impor Alutsista
Dorong Nilai Tambah Produk Dalam Negeri
SURABAYA – Kementerian Koordinator Bidang kemaritiman memastikan kesiapan industri strategis untuk memenuhi kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista) di dalam negeri. Salah satunya PT PAL. Saat ini PT PAL sedang menuntaskan beberapa proyek.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pemerintah telah memutuskan untuk menggunakan sebanyak-banyaknya produk lokal. Hal itu disepakati dalam rapat terbatas beberapa waktu lalu. ”Khususnya, produk yang bisa dibangun sendiri. Nah, PT PAL salah satunya,” katanya di sela-sela kunjungan ke PT PAL kemarin (16/7).
Selama ini Kementerian Pertahanan merupakan pengguna dana APBN terbesar kedua setelah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). ”Jadi, kami coba dari sekian miliar dolar AS, sebanyak mungkin menggunakan produk dalam negeri. Sekaligus bisa mendorong nilai tambah produk dalam negeri,” terangnya.
PT PAL memiliki beberapa bisnis utama. Di antaranya, memproduksi kapal perang dan kapal niaga, menyediakan jasa perbaikan dan pemeliharaan kapal, hingga rekayasa umum. Terbaru, PT PAL memiliki divisi kapal selam. ”Kami melihat assembling kapal selam yang ketiga berjalan dengan baik, presisi, zero defect,” katanya.
PT PAL Indonesia mengerjakan kapal selam pesanan TNI-AL. Kapal yang dirakit di Surabaya tersebut digarap dengan sistem join section dengan Korea Selatan.
Kunjungan Menko Kemaritiman tersebut juga memantau pengerjaan kapal cepat rudal dan kapal perang jenis landing platform dock. ”Kami lihat sudah lebih bagus. Bahkan, proyek LPD yang keenam tambah bagus, cepat, dan murah,” tegasnya.
Dia menilai, kemampuan untuk membuat peralatan militer maupun nonmiliter itu ditopang teknologi dan kemampuan sumber daya manusia. Dengan begitu, sangat mungkin dapat menekan penggunaan dana untuk membeli peralatan impor.
Ke depan, selain mendorong nilai tambah di dalam negeri dan mengembangkan skill tenaga kerja lokal, PT PAL diharapkan bisa menyeimbangkan ekspor-impor. ”Kami ingin itu bisa segera. Karena sekarang sedang krisis trade war, tentu bisa jadi peluang untuk melakukan penghematan dan membangun industri,” papar Luhut.
Direktur Utama PT PAL Budiman Saleh mengatakan, potensi pesanan di dalam negeri masih terbuka. ”Kami sedang berupaya mendapatkan kontrak pembuatan KCR 3 dan KCR 4. Saat ini masih proses di Kementerian Pertahanan,” ungkapnya.
Untuk proyek yang sudah berjalan, pihaknya tengah menggarap KCR 60 meter pesanan Kementerian Pertahanan yang diserahterimakan bulan depan. Kemudian, kapal LPD 124 meter pesanan TNI-AL juga diluncurkan bulan depan. ”Kami juga melihat peluang yang besar di negaranegara di Asia-Afrika,” katanya.
Dia menyebutkan, Malaysia memerlukan dua unit kapal LPD 163 meter. Sementara itu, Thailand membutuhkan kapal LPD 144 meter untuk berbagai kebutuhan (multipurpose).