Wow, Terobosan Inklusif Menonjol
Gairah Inovator Mengikuti Kovablik Jatim-Otonomi Awards 2018
Masih ada waktu empat hari hingga Jumat (20/7) sebelum Kovablik Jatim ditutup. Pelaksanaan kompetisi tahun ini diintegrasikan dengan Otonomi Awards dari JPIP. Kita tengok semangat pemerintah kabupaten/kota dan organisasi perangkat daerah (OPD) provinsi dalam mengikuti kompetisi ini.
TAHUN ini Jawa Timur tetap tak tergoyahkan sebagai kiblat inovasi pelayanan publik. Itu dibuktikan dengan masuknya 19 inovasi Jatim dalam TOP 99 Inovasi Nasional yang dirilis Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen PAN-RB). Di antara total 19 inovasi tersebut, 17 inovasi merupakan besutan kabupaten-kota. Sisanya dikontribusi OPD (organisasi perangkat daerah) provinsi.
Dua inovasi hasil racikan OPD provinsi masing-masing berjudul Kabinet Arabika (Kolaborasi Pembinaan Ekonomi Terpadu Kopi Arabika) oleh dinas perkebunan dan simPADU PMI (Sarana Informasi dan Pelayanan Terpadu Pekerja Migran Indonesia) oleh dinas tenaga kerja dan transmigrasi.
Dominasi Jatim dalam TOP 99 tersebut tidak lepas dari Kovablik Jatim. Di antara 19 inovasi tersebut, 14 inovasi merupakan pemenang dan finalis Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (Kovablik) Jatim 2017. Beberapa di antaranya adalah Layanan 6-1 Dispenduk Kota Surabaya, Blood_ Jek oleh PMI Kabupaten Lumajang, Dopari Sakatu (inovasi dongeng) Dinas Pendidikan Kota Madiun, dan Gelas Mempesona Hati Puskesmas Trenggalek.
Dominasi para pemenang dan finalis Kovablik Jatim dalam TOP 99 inovasi nasional tersebut membuktikan bahwa kompetisi diperlukan untuk mencapai kemajuan daerah. Di Indonesia, Pemprov Jatim menjadi pionir. Hal itu diakui Kemen PAN-RB yang disampaikan dalam beberapa kali kesempatan. Karena itu, soal menumbuhkembangkan inovasi, Pemprov Jatim menjadi contoh bagi provinsi lain.
Saat ini beberapa provinsi telah mengadopsi kompetisi inovasi tingkat provinsi yang diadakan setiap tahun ini. Beberapa provinsi tersebut, antara lain, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Akhir Mei lalu, Pemprov Jatim lewat Biro Organisasi telah membuka pendaftaran Kovablik Jatim 2018. Sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya, tahun ini kompetisi diintegrasikan dengan Otonomi Awards yang kembali diselenggarakan oleh Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi (JPIP). Pembagian tugasnya jelas. Kovablik Jatim menampung inovasiinovasi dalam tiga kategori: perbaikan tata kelola (governance), transparansi dan akuntabilitas, serta kolaborasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Sedangkan Otonomi Awards yang dikelola JPIP khusus untuk kategori: inovasi pelayanan publik yang inklusif. Artinya, pelayanan publik yang mampu merangkul semua elemen masyarakat. Termasuk, kelompok rentan (lansia, difabel, anak-anak, dan kelompok minoritas). JPIP saat ini memimpin konsorsium Ayo Inklusif!, didukung USAID, untuk mengembangkan dunia kerja yang ramah difabel.
Integrasi antara Kovablik dan Otonomi Awards itu ditandai dengan penggunaan media yang sama untuk penyerahan proposal atau dokumentasi inovasi. Inovasi yang diikutkan kompetisi wajib diserahkan secara online lewat Jaringan Inovasi Pelayanan Publik Jawa Timur (JIPPJatim) yang beralamat di www.jipp.jatimprov.go.id. Selain kolaborasi JPIP-Pemprov Jatim, dukungan datang dari kerja sama mitra pembangunan Jerman, GIZ (Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit).
Pemprov Jatim dan JPIP telah menetapkan Jumat, 20 Juli, sebagai batas akhir penyerahan proposal atau dokumentasi inovasi. Hasil pantauan menjelang batas waktu berakhir,sudah85inovasiyangmasuk ke situs JIPPJatim, 33 di antaranya mengandung misi inklusi.
Cukup antusias, lebih dari sepertiga. Padahal, inovasi inklusi adalah satu di antara empat kategori. Sebagian besar inovasi tersebut berasal dari pemerintah kabupatenkota, disusul dari OPD.
Selain itu, dari pemantauan pada sistem, mulai Mei hingga awal 16 Juli 2018, situs JIPPJatim sudah diakses 5.981pengunjung. Jika melihat persebaran geografisnya, sebagian besar berasal dari kabupaten-kota di Jawa Timur.
Dalam kompetisi tahun ini, setiap kabupaten-kota total bisa mengirimkan tujuh inovasi. Pembagiannya, tiga inovasi untuk Kovablik dan empat inovasi lainnya untuk Otonomi Awards. Khusus untuk inovasi yang masuk kategori Otonomi Awards, penilaiannya akan sedikit berbeda.
Setelah seleksi awal berupa kelengkapan jawaban atau isian proposal dan wawancara, JPIP juga akan melakukan survei publik. Survei tersebut menjadi sarana pembuktian bahwa inovasi yang diajukan tidak saja indah di atas kertas, tetapi juga sudah memberikan manfaat nyata.
didukung oleh USAID dan konsorsium The Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi (JPIP), Christoffel Blindenmission (CBM), Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD) Universitas Brawijaya, Saujana, dan United Tractors