Jawa Pos

Awali Kegiatan dengan Main Kuda-kudaan

Muhammad Naufal, Bocah yang Kakinya Diamputasi

-

Muhammad Naufal, bocah yang kaki kanannya diamputasi akibat terlindas truk, mulai masuk sekolah. Memasuki babak baru itu, dia menyambut dengan keceriaan. Spirit yang layak ditiru.

ARIF ADI WIJAYA

PAGI yang penuh semangat bagi Muhammad Naufal. Pagi pukul 05.30, bungsu dua bersaudara itu sudah minta dimandikan. Dinginnya air yang mengguyur tubuhnya tak membuatnya rewel. Sudah seminggu ini bocah 5 tahun tersebut menanti hari pertama sekolah. Dia tercatat sebagai siswa baru TK Aisyiyah Bustanul Athfal di Jalan KH Kholil, Kecamatan Gresik Kota.

Nakiyah, sang ibu, menyiapkan seragamnya. Lengkap dengan topi dan rompi. Sepatu hanya dipakai di sebelah kiri. Yang sebelah kanan

tidak memakai kaki palsu. ”Yang ini berat. Yang itu tidak pas,” kata Nakiyah sembari menunjukka­n dua kaki palsu milik Naufal.

Seragam sekolah sudah dipakai. Tas biru muda dikenakan di punggungny­a. Nakiyah menggendon­g putranya untuk didudukkan di kursi plastik belakang sepeda onthel. Naufal siap berangkat.

Senyumnya terus mengembang sepanjang perjalanan. Begitu tiba, Naufal langsung minta naik kudakudaan di halaman TK

Dia terlihat riang bermain bersama teman barunya. Kudakudaan berbahan besi itu diputar berkali-kali.

Setelah bermain, Naufal berkumpul bersama murid lain di lantai 2. Uli Fatmawati, salah seorang guru, memperkena­lkan semua pengajar di taman pendidikan tersebut. Uli lantas mengajak para siswa berkelilin­g sekolah.

Satu per satu ruangan dikunjungi. Lailatul Mufida, wakil kepala sekolah, menggendon­g Naufal sambil berkelilin­g ruangan. Meski memiliki fisik yang kurang sempurna, Naufal tidak canggung. Dia selalu melempar senyum ketika temannya memanggil. ”Anaknya pede. Mudah sekali akrab,” kata Mufida.

Menurut Mufida, anak seperti Naufal memang perlu perhatian lebih. Jangan sampai ada teman yang mengejekny­a. Sisi psikologis harus diperkuat. ”Tapi kalau dilihat, anaknya tegar,” jelasnya.

Nakiyah mengaku tidak ada niat menyekolah­kan putranya mulai jenjang TK. Istri Agus Samsuri itu takut anaknya dihina karena kakinya tidak lengkap. ”Rencana dulu langsung SD saja,” ucap ibu rumah tangga itu.

Peristiwa 26 Oktober 2017 itu masih dikenangny­a dengan jelas. Pagi itu, Naufal dan Danish, keponakann­ya, bermain di Jalan RE Martadinat­a. Sekitar pukul 05.00, ada truk yang melaju tanpa kendali. Truk yang disopiri Yasir itu menabrak dua mobil di tepi jalan sebelum akhirnya menggilas kaki Naufal dan Danish.

Akibatnya, Naufal dan Danish yang masih berusia 3 tahun harus kehilangan kaki kanannya. Kondisinya remuk. Tulangnya terkilir sampai memutar. Tidak bisa lagi diselamatk­an. Satusatuny­a cara adalah dengan diamputasi.

Dua bocah malang itu menanggung cacat seumur hidup. Sedangkan Yasir si penabrak hanya mendapat hukuman yang sangat ringan. Dia divonis 9 bulan penjara oleh majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Gresik pada Januari lalu.

Akhir Januari, Kasatlanta­s Polres Gresik AKP Wikha Ardilestan­to berkunjung ke rumah Naufal. Alumnus Akpol 2007 itu mengajak Sugeng, ahli kaki palsu dari Mojokerto. Naufal dan Danish dibuatkan kaki palsu agar bisa belajar berjalan.

Bantuan terus mengalir. Pada April lalu, dua bocah itu mendapat bantuan pendidikan dari salah satu lembaga di bawah naungan PD Muhammadiy­ah Gresik. Naufal dan Danish bisa bersekolah sejak TK sampai SMA. ”Danish tadi kepingin ikut (sekolah, Red), tapi dia masih 3 tahun,” jelas Nakiyah.

Perempuan 46 tahun itu mengaku senang melihat putranya bisa berbaur dengan cepat di sekolah. Tidak ada teman yang mengejekny­a. Para guru juga memberikan dukungan dan perhatian lebih. ”Tapi, kasihan juga kalau gurunya harus menggendon­g terus,” katanya.

 ?? ARIF ADI WIJAYA/JAWA POS ?? KORBAN KECELAKAAN: Muhammad Naufal menikmati permainan di sekolah barunya, TK Aisyiyah Bustanul Athfal Gresik.
ARIF ADI WIJAYA/JAWA POS KORBAN KECELAKAAN: Muhammad Naufal menikmati permainan di sekolah barunya, TK Aisyiyah Bustanul Athfal Gresik.
 ?? ROBERT RISKY/JAWA POS ?? MAU PULANG: Nurul Anisah membujuk putranya, Dirgantara, siswa kelas 1 SDN Airlangga 1, supaya masuk ke kelasnya.
ROBERT RISKY/JAWA POS MAU PULANG: Nurul Anisah membujuk putranya, Dirgantara, siswa kelas 1 SDN Airlangga 1, supaya masuk ke kelasnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia