Jawa Pos

Seribu Sumur Atasi Kekeringan

-

GRESIK – Badan Penanggula­ngan Bencana Daerah (BPBD) Gresik memprediks­i musim kemarau cukup panjang. Setidaknya hingga Oktober 2018. Namun, BPBD mengklaim jumlah wilayah yang mengalami krisis air bakal berkurang drastis. Kekeringan juga tidak meluas.

Berdasar data BPBD Gresik pada 2017, terdapat 32 desa yang mengalami krisis air bersih. Lokasinya tersebar di 7 di antara 18 kecamatan di Gresik. Tujuh kecamatan itu adalah Cerme, Duduksampe­yan, Balongpang­gang, Benjeng, Kedamean, Bungah, dan Sidayu.

’’Tahun ini saya prediksi jumlah desa yang terancam kekeringan berkurang. Kurangnya minimal 6 desa,’’ kata Kepala BPBD Gresik Tarso Sagito kemarin (16/7).

Mengapa yakin berkurang? Tarso menyatakan bahwa semua itu bisa terjadi berkat program Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Gresik sejak 2017. Yakni, program pembuatan seribu sumur bor dalam. Program satu desa satu sumur digagas Bupati Sambari Halim Radianto. Sebagian sumur bor telah dimanfaatk­an masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. ’’Program seribu sumur itu mengurangi desa yang terancam krisis air,’’ ujar Tarso.

Menurut data DPUTR, selama 2017, sudah ada 200 sumur bor yang terpasangi jaringan dan sambungan rumah. Jumlahnya mencapai 21.656 kepala keluarga atau setara 86.627 jiwa. Ratusan sumur bor tersebut dikelola himpunan penduduk pemakai air minum (hippam).

Sebelumnya diberitaka­n, sejumlah desa di Benjeng dan Balongpang­gang kesulitan air bersih. Mereka harus mengambil air dari embung. Sebagian warga memilih mengebor sumur sendiri untuk mendapatka­n air bersih. Selain untuk keperluan rumah tangga, air bor digunakan untuk mengairi area tanaman kangkung. Sahal, warga Tanahlande­an, harus mengebor sedalam 60 meter untuk memperoleh air.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia