Macron Pecat Ajudan yang Brutal
PARIS – Alexandre Benalla harus membayar mahal perbuatannya. Dia kemarin (20/7) dipecat dari pekerjaannya sebagai kepala pengawal pribadi Presiden Prancis Emmanuel Macron. Kini dia meringkuk di tahanan.
Benalla menuai kontroversi gara-gara tindakannya saat demo Hari Buruh pada 1 Mei lalu. Saat itu dia ikut mengamankan unjuk rasa meski sedang tidak bertugas. Dia memakai seragam antihuruhara kepolisian, lengkap dengan keplek dan helm pelindung kepala. Ketika terjadi kericuhan, dia memukuli seorang mahasiswa. Aksinya terekam kamera amatir sejumlah saksi.
”Seharusnya, dia hanya berfungsi sebagai pengamat aksi, sesuai surat izinnya,” ujar Juru Bicara Kepresidenan Bruno Roger-Petit. Tapi, rekaman video yang beredar luas membuktikan bahwa Benalla tidak sekadar mengamati. Dia berbuat lebih dari itu.
Aksi brutal Benalla yang diunggah Le Monde Rabu (18/7) langsung menjadi sorotan. Bahkan, Macron juga sempat dibuat geram karena terusmenerus dicecar pertanyaan oleh media tentang hal itu.
Dalam rekaman video lain, Benalla juga terekam menyeret seorang demonstran perempuan. Konon, perempuan itu juga sempat dianiaya oleh ajudan Macron tersebut.
Saat menerima laporan soal aksi Benalla, pemerintahan Macron hanya memberikan skors selama 15 hari tanpa gaji. Setelah itu, dia tetap bertugas seperti sediakala. Termasuk di antaranya, membantu koordinasi pengamanan untuk penyambutan tim sepak bola Prancis yang baru memenangi Piala Dunia di Rusia.
Setelah media membuat video penganiayaan itu viral barubaru ini, Macron mengambil keputusan tegas. Dia memecat Benalla dan membiarkan polisi menyelidiki kasus pemukulan itu. Namun, oposisi menganggap keputusan Macron sudah telat.