Sawah di 21 Desa Terancam Kekeringan
PONOROGO – Meletusnya penampang karet diduga menjadi biang keladi tidak berfungsinya Dam Sungkur. Lahan sawah yang mengandalkan pasokan air dari dam karet di Blembem, Jambon, Ponorogo, itu pun terdampak.
Setidaknya air tidak bisa mengaliri sawah di 21 desa di empat kecamatan. Yakni, Kecamatan Jambon, Ponorogo, Kauman, dan Sukorejo.
’’Perawatan dam karet memerlukan tenaga khusus. Kami tidak punya,’’ kata Kabid Sumber Daya Air DPUPR Ponorogo Siswanto kemarin (20/7).
Menurut Siswanto, fungsi bendungan karet itu sebagai pengendali banjir. Jika musim hujan, debit air meningkat. Otomatis bendungan karet kempis. Dengan begitu, air tidak meluber keluar bendungan.
’’Tapi, untuk pemeliharaannya kami belum mumpuni. Selain itu, dam tersebut sebenarnya kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo,’’ lanjutnya.
Siswanto menjelaskan, meletusnya karet penampang bagian tengah Dam Sungkur berpengaruh kepada sedimentasi dasar sungai. Akibatnya, lanjut dia, air tidak bisa mengalir ke saluran irigasi persawahan. ’’Sementara warga mengisi karet bagian tengah yang gembos dengan menggunakan pasir sungai,’’ tuturnya.
Lahan sawah terdampak mencapai 1.486 hektare. Jika dam tersebut tidak segera ditangani, sawah terancam kekeringan pada puncak kemarau. Diperkirakan mulai Juli hingga Agustus mendatang. Warga setempat mengusulkan konstruksi Dam Sungkur diubah menjadi bendungan tetap.