Jawa Pos

Hafal Detail Lokomotif karena Puluhan Tahun Jadi Masinis

Kemahiran Didik Subandrio Membuat Miniatur Lokomotif Kereta Api

-

Kereta api telah menjadi bagian hidup Didik Subandrio. Puluhan tahun jadi masinis, dia punya kenangan membuat sendiri miniatur lokomotif kereta api.

SUARA bel kereta api kerap kali terdengar saat berkunjung ke kediaman Didik Subandrio. Saat larut malam pun, bunyi kereta juga terdengar. Sebab, rumah Didik memang berada di area Stasiun Jember. Bahkan, bagian depan rumahnya adalah tempat putar balik lokomotif.

Kereta api memang telah melekat di jiwa Didik. ”Saya lahir ya di sini. Rumah hingga pensiun juga dekat rel kereta,” katanya.

Didik masuk sebagai pegawai PT KAI –dulu masih bernama PJKA– pada 1980. Setahun WAWAN DWI SISWANTO, Jember

kemudian dia baru diangkat. ”Ikut sekolah dan akhirnya jadi masinis mulai 1984 sampai 2014,” ucapnya.

Tiga puluh tahun menjadi masinis, Didik telah merasakan suka dan duka. Bagi Didik, lokomotif itu ibarat teman. Jarak ribuan kilometer dari stasiun ke stasiun ditempuh dengan lokomotif. Setiap detail mesin penggerak kereta api itu dia tahu. Termasuk secara spesifik mulai bentuk roda, shockbreak­er, hingga kemudi.

Tanpa pengalaman dan kemahiran seni memahat ataupun membuat miniatur, Didik men- cetuskan ide membuat lokomotif sebagai kenang-kenangan sebelum masuk masa pensiun. ”Satu tahun sebelum pensiun, kalau tidak salah akhir 2013, ide membuat miniatur lokomotif ini muncul,” ungkapnya sembari menunjukka­n miniatur lokomotif buatannya yang pertama.

Miniatur lokomotif dengan kode nomor loko CC, lengkap dengan rel, batu, dan dibalut dengan kotak kaca, itu menghiasi ruang tamu. Di rak paling bawah juga ada satu lokomotif dan satu loko lengkap dengan gerbongnya.

Meski tak punya keahlian di bidang pembuatan miniatur, pria yang kini berusia 60 tahun tersebut yakin bisa membuat. Hanya pernah punya pengalaman jadi pendekoras­i pesta pernikahan, Didik mulai membuka buku modul kereta api saat masih pendidikan dulu. ”Kalau bentuknya secara detail, roda di mana, shockbreak­er seperti apa, hingga catnya seperti apa itu di luar kepala. Tidak usaha melihat kereta atau gambar kereta itu bisa,” terang dia.

Didik melihat buku modul kereta api hanya karena ingin tahu skalanya. Menurut kakek yang telah memiliki dua cucu itu, skala dalam pembuatan miniatur sangat penting. Agar benda yang dibuat tersebut seperti nyata dalam bentuk kecilnya. Dia mengakui, yang paling susah dalam pembuatan miniatur kereta ialah menentukan skala. Dia pun sampai menuju Stasiun Sidotopo, Surabaya, sebagai stasiun perbaikan kereta api. ”Cari bukunya itu sampai di Surabaya,” ujarnya.

Tiga bulan mencari skala yang tepat, akhirnya Didik merealisas­ikan cita-citanya membuat kenangan lokomotif untuk anakcucuny­a kelak. Miniatur lokomotif karyanya tersebut berbahan kayu. Bukan kayu utuh, melainkan potongan kayu yang disusun. ”Kayu sirap disusun. Kalau pakai kayu utuh terlalu berat,” jelasnya.

 ?? WAWAN DWI/JAWA POS RADAR JEMBER ?? MINI: Didik Subandrio bersama miniatur lokomotif buatannya.
WAWAN DWI/JAWA POS RADAR JEMBER MINI: Didik Subandrio bersama miniatur lokomotif buatannya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia