Gelontorkan Lagi 400 Kg Telur Ayam
SURABAYA – Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Surabaya terus mengadakan operasi pasar mandiri (OPM) untuk komoditas telur. Kemarin (20/7) giliran dua titik di wilayah Surabaya Selatan yang disambangi dalam waktu hampir bersamaan.
Yakni, Jalan Bendulmerisi Jaya Gang V, Kecamatan Wonocolo, dan halaman Kelurahan Jambangan, Kecamatan Jambangan. Rencananya, OPM dimulai pukul 09.00. Namun, disdag berinisiatif membukanya lebih awal. ’’Setelah selesai siap-siap, langsung kami buka,’’ ujar Yudho Asmoro, salah seorang petugas
J
Awal pembukaan, belum banyak warga yang datang. Petugas pun sesekali berteriak untuk memberi tahu adanya OPM telur murah itu.
OPM di Wonocolo dilaksanakan di depan Masjid Baitul Islah. Takmir masjid lantas berinisiatif menyampaikan pengumuman. Setelah ada woro-woro itu, warga pun berdatangan.
Bahkan, kondisi sempat ricuh karena warga berdesakan. Petugas dengan keras meminta mereka untuk tertib antre. Sebanyak 200 kg telur ludes dalam waktu kurang dari sejam.
’’Dalam OPM sebelumnya, kami cuma sediakan 100 kg. Hari ini kami tambahin dua kali lipatnya. Harganya semula Rp 23 ribu, kami turunkan jadi Rp 22 ribu per kilogram,’’ jelas Yudho.
Kondisi serupa terpantau di Jambangan. Deretan telur yang dijajar petugas di atas meja pun tak bertahan lama. Satu per satu warga yang berdatangan langsung memborongnya. Dalam waktu sekitar sejam pula, 200 kg telur itu habis. Jumlah pembelian dibatasi. Satu orang maksimal 2 kg.
Kepala Disdag Kota Surabaya Wiwiek Widiyati menyatakan akan terus menggelar OPM hingga harga telur stabil. Hingga kemarin, OPM telah diselenggarakan di 19 titik di Kota Surabaya.
Dia belum bisa memastikan sampai kapan OPM akan diadakan. Yang pasti, OPM bakal terus digelar hingga harga telur kembali stabil. Hingga kemarin, harga telur di pasaran Surabaya masih Rp 27 ribu–Rp 28 ribu per kilogramg dari harga eceran tertinggi (HET) Rp 22 ribu.
Sugeng, salah seorang penjual nasi goreng, senang dengan adanya OPM tersebut. Menurut dia, OPM tersebut membantu meringankan bebannya. Dia bertekad memantau pelaksanaan OPM. ’’Besok (hari ini, Red) kalau ada OPM lagi, di mana pun itu, akan saya datangi,’’ tegasnya.
Harga telur yang tak kunjung turun turut memengaruhi usaha mereka yang bergerak di bidang kuliner. Supriatin, pembuat jajanan tradisional, saat ini memilih menghentikan produksi kue berbahan telur. Jualannya kini berupa nagasari, iwel-iwel, dan onde-onde. Ketiganya tidak membutuhkan telur.
Sebelumnya, perempuan yang tinggal di kawasan Krukah Lama, Kecamatan Wonokromo, itu biasa membuat otok-otok. Sejenis roti goreng yang diisi kacang hijau. ’’Kalau mau bikin lagi sekarang, ya semakin mikir-mikir. Wong harga telurnya mahal,’’ ungkapnya.
Supriatin hanya akan membuat kue berbahan telur kalau ada pesanan. Itu pun dia tidak bisa menaikkan harga. ’’Saya nggak bisaan sama orang. Ya lebih baik mengurangi untung saja,’’ ujarnya.
Tidak berbeda dengan telur, harga daging ayam juga belum terlalu bersahabat. Nasudah, pedagang di Pasar Pegirian, menyatakan, daging ayam saat ini dibanderol Rp 35 ribu per kilogram. Harga itu naik Rp 1.000–Rp 2.000 dibandingkan sebelumnya, sedangkan HET-nya Rp 32 ribu/kg. ’’Harganya naik, dagangnya sepi,’’ katanya.