Jumlah Angkutan Umum Terus Berkurang
SURABAYA – Jumlah angkot yang beroperasi di Surabaya turun dari tahun ke tahun. Kondisi angkutan yang telah uzur dan persaingan bebas dengan transportasi online membuat masyarakat semakin ogah memakai jasanya.
Kondisi itu bisa dilihat dari beberapa terminal tempat angkutan konvensional seperti angkot dan bus menunggu penumpang. Sopir angkot dan bus harus menunggu lama untuk mendapat penumpang. Nasib malang itu juga dialami taksi. Khususnya armada yang belum mau menggunakan teknologi daring untuk mencari dan mendapatkan menumpang. Satu per satu armada mereka berguguran.
Data angkutan publik darat 2017 menjelaskan kondisi turunnya jumlah angkutan yang beroperasi di Surabaya. Pada 2017 jumlah angkutan mencapai 8.444 unit. Sedangkan pada 2016 jumlahnya 10.202. Tahun 2015 sebanyak 10.369 unit.
Kabid Angkutan Dinas Perhubungan (Dishub) Surabaya Tundjung Iswandaru menjelaskan, jumlah angkutan konvensional turun karena beberapa hal. Salah satunya gempuran transportasi online yang menjamur di metropolis.
Tarif yang murah dengan akses lebih cepat membuat masyarakat beralih ke transportasi online. Kebiasaan transportasi konvensional yang sering ngetem sembarangan semakin mendorong masyarakat untuk menggunakan jasanya.
Soal lainnya adalah umur angkot dan bus yang tua. Tidak ada peremajaan. Berkurangnya pendapatan karena persaingan membuat para sopir tidak kuat mempercantik angkutannya. Bahkan untuk mendaftarkan angkutan dalam uji kir. ”Ujinya murah. Tapi, agar uji kir lolos, butuh biaya besar,” terangnya.