PDIP Coret Nama Supriyadi
Setelah Terungkap Daftar Dobel di PPP
SIDOARJO – Antusiasme terhadap film 22 Menit terus menyebar. Termasuk di Kota Delta. Kemarin malam (20/7) jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Sidoarjo juga ramai-ramai menonton film karya sutradara Eugene Panji dan Myrna Paramita itu diXXI Transmart. Mereka pun memberi acungan jempol.
Wakil Bupati Nur Ahmad Syaifuddin menuturkan, film 22 Menit sarat pesan positif. Terutama menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air. Film itu juga penting bagi anak-anak muda. Menurut Cak Nur, panggilan akrabnya, generasi muda harus memperoleh bekal tersebut agar dapat menangkal pemikiran radikal. ’’Jangan beri ruang paham seperti itu berkembang,’’ tegasnya.
Setali tiga uang, Dandim 0816 Sidoarjo Letkol Inf Fadli Mulyono menyatakan bahwa ancaman teror tidak akan pernah mati. Karena itu, pihaknya berharap segenap lapisan masyarakat harus terus bergandengan tangan untuk melakukan perlawanan. Meski begitu, Fadli mengimbau masyarakat untuk tidak perlu khawatir. Sebab, aparat keamanan bakal selalu siap siaga untuk memberikan kemampuan terbaiknya.
Sementara itu, Wakapolresta Sidoarjo AKBP Pasma Royce menegaskan bahwa hanya satu kata yang tepat untuk aksi teror. Yakni, lawan! ’’Mari bersama menyuarakan Sidoarjo pun tidak takut,’’ tuturnya.
SIDOARJO – Kasus daftar bacaleg dobel atas nama Supriyadi membuat DPC PDIP Sidoarjo cepat bertindak. Mantan kepala desa (Kades) Trosobo, Taman, yang terungkap
nyaleg lewat PPP itu pun dicopot dari daftar bacaleg PDIP.
Ketua DPC PDIP Sidoarjo Tito Pradopo menyatakan, pihaknya sudah melakukan penelusuran. Hasilnya, Supriyadi memang juga mendaftar sebagai caleg di PPP. ’’Foto pendaftaran caleg di PDIP dan PPP ternyata sama persis,’’ ujarnya kemarin (20/7).
Selain itu, lanjut Tito, Supriyadi terungkap double standard alias bermain dua kaki. Dia mendaftar sebagai anggota PPP sekaligus PDIP. Padahal, partainya memperbolehkan satu anggota memiliki dua kartu tanda anggota (KTA) beda partai. Karena itu, PDIP sudah mengambil sikap. Nama Supriyadi dicoret dari pencalegan melalui PDIP. ’’Sebagai ganti, kami ajukan Rana Rahardian,’’ katanya.
Dari penelusuran Jawa Pos, nama bacaleg yang mendaftar di dua partai terindikasi bukan hanya Supriyadi. Ada lima nama lain. Salah satunya Anisa Nur Hayati yang maju di daerah pemilihan (dapil) 3 melalui PPP. Nah, nama yang hampir mirip dengannya ditemukan sebagai bacaleg PKB dapil 5. Yakni, Anisa Nur Hidayati.
(selengkapnya lihat grafis)
Jawa
Supriyadi Terdaftar melalui PPP dan PDIP
NAMA HAMPIR MIRIP
Anisa Nur H.
Dapil 3 dari PPP dan dapil 5dari PKB
Hartono
Dapil 5 dari PKB dan dapil 5 dari PBB
Mulyono
Dapil 6 dari PKS dan dapil 3 dari Partai Berkarya.
Nasrulloh
Dapil 1 dari PPP dan dapil dari PKPI
Sunarsih
Dapil 2 dari PKS dapil 2 dan dapil 6 dari Hanura
MANTAN NAPI KORUPSI
Nasrulloh Bakal caleg PPP
Mustafad Ridwan Bakal caleg PBB
Sumi Harsono Bakal caleg PDIP pileg 2019 dia maju sebagai caleg PPP.
Sementara itu, Mustafad Ridwan adalah anggota DPRD Sidoarjo periode 1999–2004. Saat itu Mustafad juga terlibat dalam kasus korupsi peningkatan kualitas sumber daya anggota DPRD. Nilai kerugian negara mencapai Rp 21,9 miliar. Kali ini Mustafad kembali mencalonkan diri sebagai bacaleg melalui PBB.
Selain dua nama tersebut, sebelumnya mantan napi Sumi Harsono tetap maju sebagai bacaleg PDIP. Sumi bersama beberapa anggota dewan periode 1999–2004 tersangkut kasus korupsi program peningkatan kualitas sumber daya anggota.
Padahal, Peraturan KPU Nomor 20 Tahun 2018 mengatur larangan mantan napi kasus korupsi, bandar narkoba, dan kejahatan seksual untuk menjadi caleg pada pemilu 2019. Namun, Sumi beralasan, peraturan KPU itu bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi.