Tol Laut Saingi Kapal Penyeberangan Lombok
MATARAM – Pengusaha kapal penyeberangan galau karena iklim usaha lesu. Kondisi itu diperparah kebijakan pemerintah yang tidak menguntungkan mereka. Izin-izin kapal diobral. Tol laut dibuka sehingga mengikis penghasilan pengusaha feri.
Ketua Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (Gapasdap) Lembar Denny F. Anggoro mengungkapkan, kebijakan pemerintah membuka tol laut sebenarnya tidak terlalu menjadi masalah. Pengusaha kapal ro-ro jarak jauh dan jarak dekat tetap mendapat ’’kue’’ dari pasar pelayaran.
Namun, dia menilai, KMP Legundi tidak pas bersandar di dermaga kapal penyeberangan. Beberapa waktu lalu, sempat terjadi senggolan antara kapal Legundi dan feri jarak pendek saat akan sandar. Karena itu, pemerintah perlu mengatur kembali tol laut tersebut.
Denny mengakui, iklim usaha feri akhir-akhir ini kurang menguntungkan. Hal itu disebabkan menumpuknya armada di Lembar. Di sisi lain, pasar stagnan. ’’Kue’’ yang sebelumnya besar kini mengecil karena banyak pihak yang berebut. ’’Tentu akan lain ceritanya. Pasti akan berkurang,’’ kata Denny.
Di Pelabuhan Lembar ada 11 perusahaan dengan 37 armada kapal. Ditambah KMP Legundi dengan rute Surabaya–Lombok yang beririsan dengan kapal ro-ro jarak pendek.
Menumpuknya kapal juga membuat jarak tempuh Lembar– Padangbai semakin lama. Dulu, dengan 16 kapal, jarak tempuh hanya 4 jam. Sekarang tidak cukup 5 jam. Sebab, terjadi antrean panjang saat kapal akan sandar. Seharusnya, ketika kapal banyak, arus kapal bisa diperlancar. Tetapi, yang terjadi malah sebaliknya. ’’Ini kan kemunduran menurut saya,’’ tegasnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan NTB H Lalu Bayu Windia menjelaskan, kebijakan pemerintah pusat membuka tol laut semata-mata ingin memberikan kemudahan bagi masyarakat. Ongkos distribusi barang juga bisa dipangkas. Banyaknya kapal menguntungkan masyarakat karena mereka punya banyak pilihan.