Jawa Pos

Telur, Ayam, dan Donald Trump

-

MENGAIT-NGAITKAN antara lonjakan harga telur, daging ayam, dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sepertinya mengada-ada. Tapi, yakinlah, hubungan itu nyata adanya.

Jadi, kalau sekarang para ibu rumah tangga meradang saat berbelanja di pasar dan mendapati harga telur dan daging ayam mahal, ingat saja wajah Donald Trump, dengan senyum khasnya, yang sering bikin geregetan.

Kita perlu juga memantau akun Twitter milik mantan raja reality show dan taipan properti di AS tersebut. Sebab, dari akun itulah Trump sering ceplas-ceplos.

Namun, karena dia menyandang predikat sebagai presiden negara superpower, ceplascepl­osnya itu mudah saja memicu gelombang perang dagang, perang kurs, bahkan bisa menjurus ke ancaman perang yang sebenarnya. Seperti dengan Iran baru-baru ini.

Tentu saja dampak dari itu semua dirasakan seluruh dunia. Termasuk Indonesia. Lihat saja bagaimana gejolak rupiah saat ini. Para pejabat di negeri ini sepakat, pemicu utama pelemahan rupiah saat ini adalah faktor eksternal. Salah satu yang paling utama adalah aksi Donald Trump.

Jadi, kalau Donald Trump mulai melancarka­n ancaman-ancamannya ke ”musuh dagang” dan ”musuhpolit­ik”-nya,siap-siapsajaru­piahteranc­am melemah. Siap-siap saja telur, daging ayam, dan beberapa bahan pangan lain terancam naik harga.

Kenapa? Jawabannya: impor. Harga telur dan daging ayam naik karena harga pakan ternak naik. Harga pakan naik karena sebagian bahan bakunya diimpor. Bungkil kedelai diimpor dari Brasil, Argentina, dan AS. Tepung daging dan tulang diimpor dari AS, Australia, dan Selandia Baru. Demikian juga vitamin dan antibiotik agar ayam tak mudah sakit.

Maka, ketika rupiah melemah, nilai impor pun naik. Harga pakan ternak naik. Harga telur dan ayam ikut naik. Karena itu, jika kita tak ingin faktor Donald Trump terus-menerus memengaruh­i harga telur dan ayam di pasar, kita wajib menekan impor.

Kembangkan produk dalam negeri. Tingkatkan kapasitas dan kualitas produksi pangan dalam negeri. Cari sumber pangan yang bisa jadi substitusi. Berikan insentif bagi perguruan tinggi maupun perusahaan yang giat melakukan riset pertanian dan peternakan.

Ini tak hanya terkait dengan telur dan daging ayam. Tapi juga seluruh komoditas pangan yang saat ini masih diimpor. Inilah PR (pekerjaan rumah) besar pemerintah agar kedaulatan pangan tak sekadar menjadi slogan.

 ?? ILUSTRASI CHIS/JAWA POS ??
ILUSTRASI CHIS/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia