Pernah Kalahkan Peserta dari SMP Umum, Latihan Gunakan Kuas Bekas
Mengenal Anita Suharti, Anak Berkebutuhan Khusus yang Pandai Melukis
Jika ditekuni secara serius, ternyata keterampilan anak berkebutuhan khusus (ABK) tidak kalah dengan anak normal pada umumnya. Itu dibuktikan Anita Suharti. Kendati memiliki keterbatasan pendengaran (tunarungu), gadis asal Desa Surenlor, Kecamatan Bendungan, tersebut baru saja meraih predikat juara lomba lukis tingkat provinsi yang digelar Dispendik Jawa Timur di Kota Batu.
SUASANA riuh dan ramai tampak jelas di area SLB Kemala Bhayangkari Trenggalek kemarin pagi (24/7). Maklum, saat itu siswa ABK, mulai tingkat SD, SMP, hingga SMA, memasuki jam istirahat sehingga terlihat asyik bermain di halaman sekolah. Di samping itu, terlihat para wali murid siswa baru yang sabar menunggui kepulangan anaknya.
Sebab, saat itu sebagian siswa memang sudah akan pulang.
Di ruang guru yang tak jauh dari lokasi itu, seorang siswa perempuan bersama dua gurunya sedang berbincang dengan menggunakan bahasa isyarat. Mereka sedang asyik bertanya dan bercerita sesuatu. Ya, siswa tersebut adalah Anita Suharti, gadis tunarungu yang baru saja membawa pulang juara pertama lomba lukis tingkat provinsi. ”Banyak hal yang harus saya pelajari untuk seleksi ke tingkat nasional nanti,” ungkap Anita dengan bahasa isyarat yang diterjemahkan kepada koran ini.
Saat itu, melalui bahasa isyarat yang diterjemahkan sang guru Neli Florentin Saputri, Anita mulai bercerita soal hobinya yang berbuah prestasi tersebut. Sebenarnya sejak kecil Anita telah menyukai menggambar. Namun, hobi itu baru ditekuninya sejak kelas III SD. Maklum, saat itu baru ada guru yang bersedia secara serius membimbingnya setelah mengetahui bakat terpendamnya dalam hal menggambar. ”Untuk bimbingan tahap pertama belum melukis. Hanya menggambar karena medianya masih kering,” katanya.
Satu tahun kemudian Anita langsung diikutsertakan dalam lomba menggambar. Mulai saat itu beberapa kali dia menjuarai lomba menggambar. Hingga tahun lalu berhasil menyabet juara I menggambar di tingkat kabupaten dengan peserta dari sekolah umum. Berbekal prestasi itu, Anita ingin mengasah kemampuannya lagi dalam hal seni rupa sehingga mencoba belajar melukis.
Gayung pun bersambut. Keinginannya tersebut disetujui sekolah yang lantas mengundang instruktur lukis dari luar untuk membimbingnya. Ternyata, perbedaan yang jauh dirasakan ketika mulai belajar melukis. Hal itu terlihat dari media yang dia gunakan, yang sebelumnya hanya buku gambar, kini beralih ke kanvas.
Pewarna yang digunakan berbentuk cair sehingga ketika menggoreskan kuas, pewarna selalu menindih bagian gambar lainnya. Untuk itu, Anita harus berhatihati ketika mulai melukis.
Tak ayal, agar terbiasa dengan media seperti itu, sang pembimbing menyuruhnya menggunakan kuas bekas saat berlatih. Sebab, pastinya kuas tersebut sedikit rusak sehingga membuat daya serap berkurang. Dengan bagian helai kuas yang tidak rata, mudah menggoreskan gambar lainnya. ”Pembimbing menyuruh menggunakan kuas bekas untuk berlatih. Tujuannya agar saya lebih berhati-hati dan teliti ketika melukis,” imbuh remaja 17 tahun itu.
Hal tersebut ternyata cukup ampuh untuk melatih keahliannya dalam melukis. Ketika mengikuti lomba tingkat provinsi yang diselenggarakan Senin (9/7) hingga Rabu (11/7) lalu, Anita tidak mendapatkan kendala sehingga meraih juara pertama.