Daging Ayam Capai Rp 43 Ribu Per Kg
Harga Naik sejak Jumat, Pasokan Sempat Mandek
SURABAYA – Beberapa hari ini bisa jadi menu olahan ayam tak lagi menjadi pilihan masakan keluarga di Surabaya. Harganya terus merayap naik. Setelah awal pekan lalu di angka Rp 35 ribu, kini sudah masuk kepala empat per kilogramnya. Terendah Rp 40 ribu, namun ada pedagang yang melepas dengan harga Rp 43.250.
Mujiati, pedagang di Pasar Benowo, Kecamatan Pakal, menuturkan bahwa kenaikan tersebut terjadi sejak Sabtu (21/7). Sebelumnya, harga paling mahal Rp 36 ribu per kilogram. Menurut dia, hal itu terjadi karena pasokan turun drastis. ”Sebelum harganya naik, dua hari itu kami di pasar ini enggak ada yang jualan ayam karena enggak ada kiriman,” katanya.
Mujiati tidak tahu persis penyebab terhentinya pasokan. Dari informasi sesama pedagang ayam, kabarnya itu disebabkan beberapa orang dengan sengaja menghentikan pasokan kepada pedagang sehingga komoditas itu langka. ”Karena harga naik, jadi tak banyak yang beli ayam. Langganan pada ganti beli ikan,” keluh Mujiati
Ini perlu disampaikan kepada warga bahwa ayamnya segar, bukan ayam beku. Sudah bersertifikat halal.”
WIWIEK WIDAYATI Kepala Disdag Surabaya
Di Pasar Tembok, Kecamatan Bubutan, hal serupa terjadi. Harga daging ayam Rp 40 ribu per kg. Saidah, salah seorang penjual ayam, menyebut kenaikan terjadi karena harga pakan naik. Selain itu, pasokan datang terlambat.
Momen menjelang 17 Agustus juga turut mendongkrak kenaikan harga ayam. Biasanya, permintaan daging ayam pada hari besar cenderung naik. ”Jadi, sekarang sudah naik, apalagi mau 17-an itu,” katanya. Sementara itu, di ritel modern, harga daging ayam rata-rata per ons Rp 4.125–Rp 4.714. Jika dihitung, harga per kilogram mencapai Rp 41.250.
Dinas perdagangan (disdag) telah menyiapkan operasi pasar mandiri untuk memenuhi kebutuhan daging ayam. Operasi pasar (OP) itu sebenarnya dilaksanakan sejak setelah Lebaran. Namun, digantikan sementara oleh OP telur. Mengingat harga ayam yang kembali melonjak, disdag bersiap mengadakan OP ayam broiler lagi.
Kepala Disdag Surabaya Wiwiek Widayati menuturkan, harga pasaran yang terpantau saat ini mencapai Rp 40 ribu. ”Yang paling tinggi Rp 43 ribu di sekitar Wiyung,” ungkapnya kemarin. Tingginya harga tersebut, menurut dia, bergantung pada mekanisme pasar masing-masing. OP diharapkan bisa memberikan efek pada penurunan harga bahan makanan di pasaran. Pada OP ayam kali ini, disdag berharap bisa menekan harga ayam menjadi Rp 30 ribu–Rp 32 ribu sesuai dengan penetapan harga eceran tertinggi.
Untuk OP ayam broiler, disdag berencana menggandeng peternak lokal. Sebelumnya, para peternak tersebut dilibatkan dalam OP ayam 23–30 Juni lalu. Setiap hari mereka menyediakan 100 kilogram atau 100 ekor ayam broiler di satu titik. Wiwiek menjelaskan, pada OP ayam sebelumnya, mereka melayani empat pasar. ”Kemarin difokuskan ke pasar-pasar supaya orang tidak jor-joran menaikkan angka,” lanjutnya.
Wiwiek menambahkan, ayam yang didistribusikan dalam OP bukan ayam beku. ”Ini perlu disampaikan kepada warga bahwa ayamnya segar, bukan ayam beku. Sudah bersertifikat halal,” tegasnya. Secara kesehatan, ayam-ayam yang disediakan juga sudah diuji klinis.
Kenaikan harga ayam di pasaran dirasakan oleh perusahaan waralaba ayam goreng. Namun, mereka belum sampai melakukan koreksi harga. Tafiq, asisten manajer Hisana Cabang Karang Menjangan, mengatakan bahwa harga produknya masih tetap di kisaran Rp 7.000 hingga 11.000. ”Belum ada keputusan perubahan dari perusahaan,” jawabnya. Dia optimistis perubahan harga ayam itu hanya sementara dan akan kembali turun. ”Dulu juga pernah begini kok, lalu balik lagi,” tambahnya.
Kondisinya sedikit berbeda dengan waralaba Geprek Bensu. Merekamengakutidakterpengaruh kenaikan harga itu. Rano Irianto, asisten supervisor Geprek Bensu, menyatakan punya supplier khusus. ”Jadi, kami enggak ikut harga pasar,” jelasnya.
Untuk bisnis katering, Ruhiyat sebagai asisten manajer produksi Sonokembang Catering memandang kenaikan harga ayam itu masih bisa dihadapi. Timnya biasa menyubsidi silang dengan bahanbahan lainnya. ”Untuk skala besar, biasanya fluktuasi harga masingmasing bahan bisa menutupi satu sama lain,” jelasnya.