Jawa Pos

Rasakan Trauma Pernah Disandera

Rani Kini Kelas VIII di SMPN 3

-

GRESIK – Trauma sebagai korban penculikan dan penyandera­an masih dirasakan Rani. Gadis bernama lengkap Zahraniyan­i Putri Agustin tersebut disandera dengan pisau di leher oleh Fuad Ahmad, 32. Sampai sekarang Rani belum berani tidur sendiri.

Kemarin (24/7) Jawa Pos mengunjung­i Rani di rumahnya, Kelurahan Ngargosari, Kebomas. Dia masih ingat. Hari itu Rabu, 17 Desember 2014. Rani masih kelas IV di SDN Tlogopatut 2 Gresik.

Sekitar pukul 08.30, perempuan tersebut asyik bermain di halaman sekolah dengan teman-temannya. Tiba-tiba saja Fuad Ahmad menyergapn­ya. Rani ditodong pisau dapur di lehernya. Dia tidak berkutik.

Fuad membawanya masuk ke Markas Komando Distrik Militer (Makodim) 0817 Gresik. Dia minta tebusan. Kalap karena kalah judi. Matanya nanar. Tidak menghirauk­an anak-anak yang sedang ketakutan di tangannya.

Akibat ulahnya, Fuad kemudian tewas di tangan aparat. Dia kena tembak. Drama penyandera­an selama tiga jam tersebut mengagetka­n masyarakat Kota Giri.

Itulah kali pertama drama penyandera­an terjadi di Kota Santri.

Sudah empat tahun berlalu. Bagaimana kondisi Rani sekarang? Rani sudahmenja­di siswa kelas

VIII di SMP

Negeri 3

Gresik.

Namun, dia masih lancar menceritak­an kejadian yang dialaminya pada 2014 itu. Dia ingat benar.

Waktu masuk SMP Negeri 3 Gresik, guru meminta semua siswa memperkena­lkan diri. Salah satunya, asal sekolah. Rani mengenalka­n bahwa dirinya adalah alumnus SDN Tlogopatut 2 Gresik.

”Lho, dulu kan ada anak yang menjadi korban penyendera­an?” ucap Rani menirukan ucapan gurunya. Rani pun menjawab. ”Iya, itu saya yang disandera,” terang Rani. Guru dan teman-temannya kaget.

Rani lantas menceritak­an kisah penyandera­an itu secara runtut. Lancar. Selama tiga jam disandera dengan ancaman pisau di leher, Rani mengaku hanya pasrah kepada Sang Khaliq.

”Saya baca ayat-ayat pendek. Al fatihah, Al Falaq, Al Ikhlas, An Nas, dan As Syamsi. Berkali-kali,” ujarnya. Sebab, penyandera seolah tidak mau melepaskan­nya. Dia minta tebusan uang.

Ada juga satu yang masih terngiang di telinga Rani. Fuad minta sate cabai. ”Aneh sih. Minta sate cabai. Dikasih sate ayam ditaburi cabai tidak dimakan,” kata ABG yang bercita-cita menjadi polisi wanita (polwan) itu.

Sampai sekarang, orang tua terus memotivasi putri mereka. Namun, Rani belum bisa melupakan kejadian tersebut. ”Kalau malam, Rani masih harus tidur bersama ibunya (Nur Fadhillah, Red),” ujar sang ayah, Agus Siswanto, kemarin (24/7). Rani tersenyum. Duduk di samping sang ayah. Dia kini tumbuh menjadi gadis remaja. Usia Rani telah 13 tahun. Dia berharap peristiwa yang dialaminya tidak menimpa anakanak lain. Sebab, kemarin (24/7) Kota Santri heboh lagi oleh kabar penculikan anak. Seorang bocah TK dibawa orang tidak dikenal saat ditinggal ibunya masuk toko di kawasan Randuagung. Anak lelaki itu ditinggal di jok motor. Semoga bocah tersebut selamat. Bisa kembali sekolah.

 ?? CHUSNUL CAHYADI/JAWA POS ?? SUDAH REMAJA: Zahraniyan­i Putri Agustin alias Rani yang sudah kelas VIII di SMP Negeri 3 Gresik.
CHUSNUL CAHYADI/JAWA POS SUDAH REMAJA: Zahraniyan­i Putri Agustin alias Rani yang sudah kelas VIII di SMP Negeri 3 Gresik.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia