Pakar Komunikasi Paparkan Pemanfaatan Media Sosial
SURABAYA – Perkembangan media komunikasi yang cepat tidak sejalan dengan kesiapan para penggunanya. Manajemen komunikasi pun belum bisa mengatasi. Akibatnya, banyak hoax yang merajalela.
’’Kami ingin menjembatani dunia digital dan kampus bagi kalangan akademik dalam menghadapi hal ini,” ujar Daniel Susilo, ketua panitia seminar Creating Digital Society Toward Global Mediasphere, Cultural
and Community, di Hotel Santika, Gubeng, kemarin (24/7). Penyelenggara seminar internasional itu adalah Universitas Dr Soetomo (Unitomo).
Empat pembicara dari empat negara dihadirkan dalam seminar tersebut. Termasuk Prof Henri Subiakto, staf ahli Menkominfo. Masing-masing memaparkan pemanfaatan media digital di negara asal. Di antaranya, penggunaan dalam publikasi hingga dunia digital yang dimanfaatkan untuk menggulingkan sebuah pemerintahan. ’’Orang-orang zaman sekarang, khususnya anak muda, lebih sering memercayai apa yang mereka dapat di media sosial. Terkadang tanpa mengklarifikasi kebenarannya,” tambah Daniel.
Dia mencontohkan, kejadian bom di Surabaya beberapa waktu lalu. Setelah peristiwa tersebut, banyak broadcast yang beredar tentang ancaman bom. Itu menunjukkan adanya manajemen informasi yang belum stabil. Informasi palsu merajalela. Akhir- nya muncul ketakutan yang menyebar di masyarakat.
Salah satu upaya mencegah hal itu adalah pengelolaan informasi yang terpadu. Prof Jamilah Ahmad asal Universiti Sains Malaysia menyebutkan, keberadaan regulasi dan penerapannya membantu mengurangi beredarnya hoax. ’’Di Malaysia, penerapan peraturan ini membuat orang-orang berpikir dua kali untuk menyebarkan berita palsu,” paparnya.
Meski memiliki potensi sebagai penyebar berita palsu, keberadaan media sosial juga bisa menjadi alat bantu untuk pendidikan, peringatan, dan memberikan pilihan kepada masyarakat. Khususnya generasi muda yang mulai ketergantungan pada gadget. ’’Pemerintah bisa memanfaatkan untuk memberikan edukasi terhadap rakyatnya. Baik itu untuk masalah kebersihan, pendidikan seks, maupun lainnya,” tambah Jamilah.
Jamilah pun mencontohkan gerakan antinarkoba melalui media sosial yang kini dirinya teliti. Media sosial ternyata memiliki peran yang penting dan lebih mudah dipahami generasi muda. ’’Keberadaan media sosial ini rupanya juga bisa menjadi pengawas bagi organisasi maupun perusahaan untuk lebih bertanggung jawab,” tuturnya. Sebab, di era sekarang, semua informasi tidak bisa ditutupi. Jika ada yang salah, masyarakat bisa segera mengetahui.