Orang Tua Abai Gadget Anak
Salah satu isu utama yang diserukan dalam Hari Anak Nasional (HAN) 2018 adalah penggunaan gawai (gadget) di kalangan anak-anak. Kalau pemakaian gawai tidak terkontrol, generasi berikut bisa rusak. Berikut wawancara M. Hilmi Setiawan dengan Ketua Presidium Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) Septiaji Eko Nugroho. Bagaimana penggunaan gawai di kalangan anak-anak?
Penggunaan gadget sudah tersebar luas ke anak-anak tanpa disertai pemahaman yang memadai. Khususnya kepada orang tuanya.
Idealnya bagaimana?
Saya mencontohkan, di sejumlah negara lain, penggunaan gadget pada anak dibatasi hanya satu jam setiap hari. Itu pun diawasi dengan ketat dan tegas. Termasuk batasan usia. Ada usia tertentu yang harus terbebas dari gadget. Sebaliknya di Indonesia diabaikan.
Apa sebenarnya dampak buruknya?
Sebenarnya ada sisi positif penggunaan gadget untuk anak. Namun, sisi negatifnya jauh lebih banyak. Anak yang berlebihan dan tanpa kontrol menggunakan gadget bisa mengalami permasalahan dalam belajar. Jangan sampai generasi muda kita menjadi generasi minus saat dewasa kelak.
Ada saran untuk pemerintah?
Mengawasi anak dari gadget bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga masyarakat secara umum. Kemudian, pemerintah juga harus membuat program literasi digital bagi anakanak. Fungsinya menjadi semacam imunisasi. Kelak, ketika dewasa, anak-anak bisa membedakan konten negatif dan positif. Berita benar atau hoax.
Bagaimana soal hoax?
Kecenderungannya, anak menggunakan gadget untuk bermain. Kadang juga nonton video. Jadi anak dengan gadgetnya bukan pelaku maupun penyebar hoax. Konsentrasi kami bukan di situ. Anak-anak harus diimbangi juga dengan semangat berkreasi. Misalnya membuat video atau konten positif dan kreatif lainnya. Tidak sekadar menjadi konsumen konten.