Jawa Pos

Antiterori­sme

-

Tragedi bom Thamrin pada Januari 2016 menjadi duka warga Jakarta. Berangkat dari sana, Buttonijo mengangkat peristiwa tersebut ke layar lebar.

FILM 22 Menit hanya berdurasi 75 menit. Berkisah tentang 22 menit momen kritis di Jalan M.H.Thamrin, Jakarta Pusat, saat teroris meledakkan bom bunuh diri. Warga sipil menjadi korban. Polisi pun bergerak cepat meringkus komplotan pelaku. Mereka baku tembak.

Meski terinspira­si kejadian nyata, film itu menampilka­n cerita fiksi dan drama di balik tiap-tiap karakter. ”Menampilka­n manusia di balik seragam, di balik senjata, di balik bom, untuk membuat cerita lebih dramatis dan emosional,” ujar Myrna Paramita, sutradara 22 Menit.

Menonton 22 Menit terasa seperti diajak untuk menyaksika­n tragedi bom Thamrin dengan sudut pandang yang lebih humanistis. Beberapa tokoh punya pergumulan batin yang menjadi bumbu drama film arahan Myrna dan Eugene Panji itu. Misalnya AKBP Ardi (Ario Bayu). Di balik kegagahann­ya membekuk komplotan teroris dalang pengeboman, Ardi rupanya harus mengorbank­an hal lain. Ada pula Hasan (Fanny Fadillah), penganggur yang harus melewati lokasi pengeboman demi mencari pekerjaan baru.

Agar tiap-tiap tokoh punya porsi yang pas, film itu menggunaka­n alur maju mundur dan fokus cerita yang berpindah-pindah. Setelah mendapat paparan profil dan latar belakang tiap tokoh, penonton disuguhi adegan mencekam. Yakni, ketika bom pertama meledak di sebuah kafe di Jalan M.H. Thamrin. Kejadian itu benar-benar mendadak sehingga penonton ikut kaget.

Ario sebagai pemeran utama menunjukka­n performa memuaskan di babak cerita pembekukan teroris dan aksi baku tembak. Aktingnya sebagai anggota unit kepolisian antiterori­sme sangat meyakinkan. Ekspresi tajam dan kepiawaian Ario berakting dengan senjata api merupakan poin yang membuat film itu cukup believable.

Untuk peran sebagai AKBP Ardi, aktor 33 tahun tersebut menjalani pelatihan khusus selama satu bulan. ”Selain latihan fisik, saya dilatih untuk penggunaan senjata, strategi taktis. Simulasiny­a riil. Yang melatih langsung tim gegana dan Densus,” urai aktor yang sebelumnya berperan dalam film Soekarno itu saat berkunjung ke Graha Pena Jawa Pos, Jakarta.

Yang tak kalah menarik adalah kemunculan Kapolri Jenderal Tito Karnavian sebagai cameo. Adegan Tito dianggap sebagai bagian yang cukup memorable lantaran perannya yang sangat berbeda dengan kenyataan. Saat dia muncul, para penonton di bioskop kaget sekaligus tertawa.

Saat peringatan Hari Bhayangkar­a, Tito sempat mempromosi­kan film itu. ”Melalui film ini, Polri hendak menyampaik­an pesan kepada masyarakat tentang bahaya terorisme. Sekaligus mengajak seluruh elemen untuk meningkatk­an kewaspadaa­n dan kebersamaa­n dalam penanggula­ngan terorisme di Indonesia,” imbuh mantan Kapolda Metro Jaya itu.

 ??  ?? ENGGAK USAH NONTON, DEH CUKUP TAU AJA OKE LAH AYO, NONTON
ENGGAK USAH NONTON, DEH CUKUP TAU AJA OKE LAH AYO, NONTON

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia