Lebih Suka Main Mobile Legends ketimbang Belajar
Vania Rizky Juliana, Jawara Olimpiade Matematika di Korsel
Hampir tiap tahun Vania Rizky Juliana Wachid mengikuti ajang olimpiade matematika. Meski tujuan utamanya tidak mendulang prestasi, dia langganan membawa medali emas.
VANIA baru saja mendulang prestasi yang membanggakan. Dia meraih medali emas dari World Mathematics Invitational (WMI) di Korea Selatan pada 12–18 Juli. Siswi kelas XI IPA 4 SMA Negeri 5 itu menyatakan senang ikut kompetisi. Baik tingkat nasional maupun internasional. Tujuan utamanya mencari teman sebanyakbanyaknya. ’’Selain itu, jalan-jalan keliling dunia,’’ ucapnya saat ditemui di sekolahnya pada Kamis (26/7).
Anak pertama dari pasangan Wachid Hasyim dan Tjhing Man Lie itu mulai mengikuti olimpiade matematika kelas V SD. ’’Awalnya karena nggak bisa berhitung. Jadi dileskan mama di tempat yang bisa buat aku ngitung cepet,’’ ungkapnya.
Pertama mengikuti Olimpiade, Vania tidak langsung juara. Nilainya pun masih kurang. Namun, setelah rutin mengikuti les, dia berhasil mendapatkan medali pertamanya di ajang International Mathematics Contest (IMC). ’’Meski cuma dapat medali bronze (perunggu),’’ tambahnya.
Vania mengatakan tidak senang belajar. Dia lebih suka menghabiskan waktu dengan bermain Mobile Legends. Di balik itu, dia dikenal sebagai jagoan matematika di kelasnya. Remaja 16 tahun tersebut tidak jarang disuruh gurunya untuk ikut membantu mengajari temannya yang belum mengerti
J
Bagi dia, pelajaran matematika di sekolahan begitu-begitu saja. Cenderung membosankan. Tidak meremehkan, tetapi kurang bervariasi. Sangat berbeda dengan soal olimpiade yang menjadi makanannya seharihari. ’’Iya, tiap hari pasti berlatih mengerjakan soal yang sulit-sulit di grup Line OSN Matematika,’’ ungkap Vania.
Member grup tersebut adalah para peserta OSN Matematika dari seluruh Indonesia. Dia bercerita, selalu ada soal yang sulit setiap hari. Itulah yang bikin seru. Latihan lewat grup tersebut dianggap efektif meningkatkan kemampuan. Untuk belajar matematika dengan waktu khusus, dia hanya menyediakan slot sekali seminggu. ’’Tiap Rabu dengan durasi dua jam sama dosen ITS,’’ papar alumnus SMP Negeri 1 Surabaya tersebut. Selain itu, dia rajin mendatangi kelas-kelas yang biasa diadakan alumnus OSN Matematika.
Mata pelajaran (mapel) favoritnya adalah kimia. Meski ikut dalam ekskul OSN Matematika, dia mengungkapkan bahwa belajar kimia lebih asyik. ’’Tapi nggak pernah terpikir untuk pindah OSN Kimia sih, hanya suka,’’ jelas warga Pondok Lontar Indah tersebut.
Di balik sifatnya yang ceria dan suka bercanda, penghobi masak itu termasuk orang yang tidak suka memublikasikan prestasinya. Hanya beberapa guru yang dipamiti saat akan mengikuti olimpiade. Bahkan, teman-teman dekatnya pun tidak pernah diberi tahu. ’’Kalau semua tahu, bisabisa aku nggak istirahat. Soalnya tiap berpapasan sama guru atau teman pasti ditanyai gimana kemarin lombanya. Akhirnya jam istirahat habis,’’ paparnya, kemudian tertawa.
Hingga kini, dia sudah mengumpulkan total 19 medali. Kompetisi yang paling mengesankan, bagi dia, adalah Thailand International Mathematical Olympiad (TIMO) pada Februari lalu. ’’Di Thailand itu mengesankan karena dapat penghargaan nilai tertinggi,’’ tuturnya.
Ditanya cita-cita, Vania tidak menyebut hal yang berhubungan dengan prestasinya. Vania menuturkan, dirinya ingin menjadi pengusaha. ’’Entah jualan apa ya. Pokoknya yang jualan-jualan gitu,’’ ungkap gadis kelahiran Surabaya, 10 Juli 2002, tersebut.