Nama Dinoyo–Gunungsari Bakal Berubah
Aspirasi Penggiat Sejarah Dianggap Angin Lalu
SURABAYA – Ada desakan agar perubahan nama Jalan Gunungsari dan Dinoyo diputuskan besok (30/7) oleh panitia khusus (pansus) DPRD Surabaya. Akan dilakukan voting supaya pembahasannya cepat selesai.
Jika voting, hasilnya bisa ditebak. Perubahan nama jalan itu bakal dengan mudah mendapatkan persetujuan. Dengan begitu, sebagian ruas Jalan Gunungsari bakal berubah menjadi Jalan Prabu Siliwangi. Sebagian Jalan Dinoyo jadi Jalan Sunda.
Konstelasinya, ada 12 anggota dewan dalam pansus itu. Semua berasal dari komisi D. Ketua Pansus Fatchul Muid menjadi satu-satunya yang tegas menolak perubahan tersebut. Yang lainnya menyetujui perubahan nama jalan itu. Jadi, jika dilakukan voting, hasilnya 1 lawan 11.
Muid mengatakan, Senin besok rapat tetap dilakukan. Namun, dia menegaskan bakal menolak voting tersebut. Dia tahu bakal kalah. ”Rapat itu jadi, tapi internal,” ujar Muid. Apa yang bakal dibicarakan? ’’Membahas berita kemarin,’’ lanjut anggota Fraksi Handap (Hanura, Nasdem, dan PPP) tersebut.
Pada Jumat (27/7) Jawa Pos memberitakan intervensi Wakil Ketua DPRD Surabaya Masduki Toha dalam rapat pansus. Dia ikut dalam rapat meski bukan termasuk anggota pansus. Dalam rapat itu, Masduki sempat menyinggung bahwa anggota pansus yang belum menandatangani berkas persetujuan perubahan nama jalan tidak boleh ikut kunjungan kerja (kunker). Setelah menyatakan hal tersebut, beberapa anggota pansus ngakak. Namun, kini masalah itu ditangani dengan serius karena ucapan tersebut dianggap sebagai ancaman.
Sebenarnya, masa kerja pansus masih panjang. Ada waktu hingga pekan pertama awal September. Apabila tidak ada keputusan hingga waktu pansus habis, Muid bakal mengembalikan pansus tersebut ke badan musyawarah (banmus).
Muid bersikeras melawan arus karena warga Gunungsari dan Dinoyo menolak perubahan nama jalan itu. Ada lebih dari 2.000 orang yang akan terdampak. Mereka harus mengurus perubahan administrasi. Mulai KTP, kartu keluarga, perbankan, hingga sertifikat tanah.
Muid menyarankan agar nama jalan yang digagas Gubernur Jatim Soekarwo dipindahkan ke jalan lain. Sebab, nama Dinoyo dan Gunungsari dianggap mempunyai nilai historis tinggi.
Pernyataan tersebut didukung tokoh arsitek Indonesia Johan Silas yang ikut rapat pada Kamis (26/7). Baru kali itu rapat mengundang pihak yang kontra terhadap perubahan nama jalan. Silas tidak setuju nama Jalan Gunungsari dan Dinoyo diubah meski hanya sebagian ruas.
Menurut dia, perubahan nama jalan itu justru mencederai latar belakang sejarah. Apalagi, perubahan nama jalan tersebut diniati untuk merekonsiliasi budaya Sunda-Jawa. Perubahan nama itu dilatarbelakangi perseteruan SundaJawa pada Perang Bubat. Silas menyatakan bahwa perang tersebut tidak berkaitan dengan Surabaya. Sebab, peristiwa itu berlangsung di Trowulan.
Direktur Sjarikat Poesaka Soerabaia atau Surabaya Heritage Society (SHS) Freddy H. Istanto tetap menolak usulan perubahan nama tersebut. Dia menilai langkah ketua pansus menolak voting sudah tepat. Dia mengungkapkan, pansus sudah tidak murni lagi setelah diintervensi pimpinan dewan. ”Kami tidak menolak upaya rekonsiliasi itu. Yang kami permasalahkan, mengapa yang diubah Gunungsari dan Dinoyo?” ucap dekan Fakultas Industri Kreatif Universitas Ciputra Surabaya tersebut.
Freddy meminta anggota pansus menyerap aspirasi dari warga, pemerhati sejarah, dan para pakar. Freddy sepakat dengan pernyataan Johan Silas yang menganggap langkah rekonsiliasi budaya itu salah sasaran. ”Ini yang ngomong Prof Silas lho. Kepakarannya tidak diragukan lagi,” jelasnya.(sal/c20/git)