Gelar Festival Grafiti dengan Peserta Mancanegara
Street Artist Pino dan Gebrakan-gebrakannya
Grafiti identik dengan vandalisme. Dulu, Pino juga menjadi bagian dari itu. Bertambah dewasa, pemikirannya berubah. Dia kini memperkenalkan sisi positif dari karya coretan-coretan di dinding.
MENGISI acara Jaya Baya Raya di Skale Space Surabaya pada Minggu (29/7), Pino tampak asyik mencoretcoret bodi mobil lawas. Dia menggambar grafiti dengan menggunakan cat kaleng semprot. Mobil yang tadinya lusuh jadi ciamik. Aksinya tersebut mengundang perhatian pengunjung untuk mengerubutinya. Pino menghadirkan karya yang indah. Grafiti bukan hanya milik aksi vandalisme perusak keindahan kota.
Pino merupakan seorang street artist di Surabaya. Nama pria 29 tahun itu populer di kalangannya. Dia mengisi tembok-tembok Kota Surabaya sejak berusia 16 tahun. Saat itu dia mengaku masih masa labil. Bukan kepuasan yang dicari. Bukan pula alasan seni. Semua dilakukan karena narsis.
Nama Pino semakin dikenal. Bahkan kerap dijadikan trademark seniman jalanan lainnya. Banyak orang yang penasaran dengan sosok di balik nama Pino. ’’Saya juga jadi seperti enemy. Banyak diburu orang. Padahal, bukan saya yang menggambar di temboktembok milik orang itu,’’ ungkapnya.
Bertambah usia, Pino semakin berpikir panjang. Dia ingin membuat sesuatu yang lebih berarti. Tentu tidak meninggalkan hobinya di dunia grafiti. Hingga dia membuat galeri grafiti tahun lalu.
Namanya Panggon 140. Lokasinya di Jalan Srikana, Airlangga, Gubeng
Galeri tersebut menjadi tempat berkumpulnya seniman jalanan. ’’Kami juga bikin sesuatu dengan seni grafiti yang bisa dijual,’’ tuturnya.
Pino ingin grafiti mendapat tempat di masyarakat sebagai karya seni. ’’Saya tidak bisa mencegah seniman jalanan melakukan vandalisme. Tetapi, setidaknya saya bisa menunjukkan sisi positif lainnya,’’ ujar pria yang sering menerima undangan menggambar grafiti di sejumlah negara tetangga tersebut.
Tahun lalu Panggon 140 membuat kegiatan berlevel internasional, yakni Yardfest Graffiti Festival. Acara itu melibatkan street artist mancanegara asal Singapura, Malaysia, Taiwan, dan Jepang. Festival tersebut menjadi salah satu kegiatan yang mengangkat grafiti dari sisi seni. Pada September dia membuat kegiatan serupa, yakni Yardfest Graffiti Festival 2018. Pino mengatakan, acara itu akan melibatkan lebih banyak negara.
Salah satu keinginan terbesarnya adalah membuat graffiti map yang disediakan sebagai salah satu jujukan wisata Surabaya. Konsepnya, dia ingin membuat sejumlah lokasi di tembok Kota Surabaya yang digambar dengan tema tertentu. Konsepnya sudah jadi. Namun, titik-titik yang dijadikan tempat berkreasi belum final. ’’Kami sedang mengajukan proposal ke pemkot,’’ jelas pria yang sudah lama tidak menggambar grafiti di sembarang tembok itu.
Pino menjelaskan, selain sebagai salah satu rujukan tempat wisata, graffiti map memberikan pengetahuan kepada masyarakat. Nanti setiap lokasi graffiti map dilengkapi buku yang menjelaskan gambar yang dibuat seniman. Mulai sejarah, ceritanya, sampai profil seniman itu. Dengan begitu, masyarakat lebih bisa memahami karya grafiti sebagai sebuah seni. ’’Rencananya ada lima titik yang dibuat grafiti oleh komunitas Panggon 140,’’ tambahnya.
Graffiti map tersebut mulai dikerjakan bertepatan dengan Yardfest Graffiti Festival. Pino ingin melibatkan para seniman grafiti mancanegara untuk menghias kota. Pemikiran Pino terhadap grafiti semakin matang dan terarah. Dia memiliki misi sendiri dalam berkarya.
Selain itu, Pino berani membuat gebrakan baru dalam dunia street art. Dia membuat pameran grafiti dalam kanvas di Qubicle Suropati Surabaya pada 29 Juni. Biasanya, street artist membuat karya grafiti di tembok-tembok. Kini dia memindahkan karya tersebut melalui media kanvas. Total ada 10 karya yang dipamerkan selama seminggu.’’Sayainginmembuktikan bahwa street art juga bisa mendapat tempat untuk masuk ke galeri,’’ jelasnya.