Cari Kucing Bakau, Pasang 6 Kamera
SURABAYA – Salah satu tanda kondisi ekosistem bakau baik adalah keanekaragaman satwa. Tidak hanya menjadi jujukan berbagai jenis burung. Di Ekowisata Mangrove Wonorejo ternyata terdapat kucing bakau. Satwa yang hampir punah tersebut pernah terlihat dua tahun berturut-turut. Karena itu, kemarin komunitas Nature Conservation Society (NCS) Surabaya bersama peneliti Wild Cat Network Anggie Apple mencari bukti baru keberadaan satwa liar tersebut.
Hewan yang juga berjuluk kucing gaib tersebut menyukai hutan yang lembap. Sumber makanan utamanya adalah ikan. Uniknya, kucing itu bisa berenang dan berburu makanan di air. Hutan bakau merupakan habitat yang cocok bagi pemilik nama Latin Prionailurus viverrinus tersebut.
Penelitian itu tidak hanya dilakukan di Surabaya. Kawasan mangrove di utara Jawa Timur juga menjadi sasaran. ”Kami akan melakukan penghitungan jumlah kucing dan pemetaan habitat yang tersisa,” kata Ketua NCS Iwan Londo.
NCS bersama dengan peneliti asal Jerman itu memasang enam camera trap. Selama 14 hari kamera tersebut ditinggal di hutan mangrove. ”Untuk tempatnya kami rahasiakan agar tidak diganggu orang,” tambah Iwan yang juga anggota WPS.
Anggie menjelaskan, kucing bakau pertama diketahui pada 1883. Namun, jumlah riset tentang hewan tersebut sangat minim. Selain itu, persebarannya sedikit. ”Pulau Jawa menjadi salah satu tempat yang mungkin saja kucing bakau terakhir ada,” katanya.
Menurut Anggie, lingkungan mangrove di Surabaya masih bagus. Hal itu terlihat dari kerapatan tanaman dan banyaknya satwa yang singgah di sana. ”Saya sudah berkeliling di sekitar kawasan ini dan kondisinya baik. Cocok sebagai habitat kucing bakau,” ucapnya.