Positive Thinking sebagai Modal Nasionalisme
SURABAYA – Selama empat hari mahasiswa baru (maba) Universitas Kristen (UK) Petra menjalani masa orientasi. Program tersebut diberi tajuk Welcome Grateful Generation (WGG). Kemarin (1/8) mereka mendatangkan Hermann Josis Mokalu atau yang akrab disapa Yosi. Salah seorang anggota Project Pop itu memberikan seminar tentang wawasan kebangsaan.
”Indonesia nih, kalau dilihat dari medsosnya, bisa jadi pembangkit listrik tenaga kebencian. Coba liat deh,” ucap Yosi di tengah-tengah acara seminar. Tema yang dia angkat kemarin adalah kebangsaan dan kenegaraan anak muda zaman sekarang. Dia mengulas pandangan politik kaum muda saat ini.
Menurut dia, generasi saat ini seharusnya bisa menjadi contoh. Menjadi generasi yang memiliki wawasan terbuka. Perbedaan agama, ras, dan minoritas bukan penghalang lagi. Harapannya, masyarakat bisa hidup dengan damai.
Nyatanya, perseteruan melalui media sosial masih sangat terasa. Paham radikalisme menjalar di mana-mana. Media sosial yang seharusnya menjadi ajang untuk menimba wawasan justru menjadi alat untuk menjatuhkan satu sama lain. ”Coba lihat kolom komentar di medsos itu, pasti bengkak karena saling menyerang satu sama lain,” imbuhnya.
Padahal, lanjut dia, Indonesia terkenal sebagai bangsa yang majemuk. Warga seharusnya bisa hidup harmonis satu sama lain. ”Kalian dikenal dari identitas kalian, warga Indonesia, bukan dari agama kalian,” ujarnya.
Pada akhir acara, Yosi memberikan sedikit saran. Mereka diimbau tidak terpengaruh oleh ajakan-ajakan radikal yang menyesatkan. Apalagi hingga menyerang pihak lain. Awali semuanya dengan berpikir positif kepada orang lain. ”Positive thinking dulu aja deh. Itu kontribusi besar bagi bangsa ini,” jelas alumnus Universitas Katolik Parahyangan tersebut.