Jawa Pos

Desak Presiden Bertindak

Selesaikan Polemik BPJS Kesehatan

-

JAKARTA – Langkah BPJS Kesehatan membuat aturan baru yang mengurangi standar pelayanan terhadap pasien juga membuat DPR gerah. Ketua Komisi IX DPR Dede Yusuf menyatakan, BPJS Kesehatan berani melawan menteri kesehatan dan Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) karena posisinya langsung di bawah presiden.

Karena itu, kata Dede, presiden harus turun tangan menyelesai­kan masalah tersebut

J

Apalagi, BPJS Kesehatan sedang menghadapi persoalan keuangan yang pelik. ”Mereka (BPJS Kesehatan, Red) sudah bleeding antara Rp 9 triliun sampai Rp 10 triliun,” ungkapnya.

Menurut Dede, bila presiden membiarkan, BPJS Kesehatan akan terus melakukan efisiensi dengan cara mereka sendiri. ”Kalau tidak ya akan keluar perdir-perdir (peraturan direktur, Red) lainnya,” kata dia.

Persoalan bermula dari keluarnya tiga peraturan direktur jaminan pelayanan BPJS Kesehatan tentang katarak, persalinan ibu dengan bayi lahir sehat, dan rehabilita­si medik. Operasi katarak hanya bisa dilakukan ketika pasien minimal mengalami gangguan penglihata­n sedang. Untuk persalinan dengan bayi lahir sehat, BPJS hanya mau membayar biaya pengobatan ibu. Dalam kasus ini, dokter anak tidak ditanggung BPJS lagi.

Aturan tentang rehabilita­si medik juga membuat pasien kalang kabut. Sebab, pelayanan fisioterap­i hanya boleh dilakukan dua kali seminggu. Selain itu, rumah sakit yang tidak memiliki dokter spesialis kesehatan fisik dan rehabilita­si (SpKFR) tidak bisa mengajukan klaim fisioterap­i. Akibatnya, banyak rumah sakit yang menghentik­an pelayanan fisioterap­i bagi pasien BPJS.

Dalam kondisi seperti saat ini, tutur Dede, yang dibutuhkan BPJS Kesehatan adalah solusi pendanaan. Bisa dengan izin untuk menaikkan nilai premi ataupun subsidi langsung dari APBN. Atau opsi pendanaan lain. ”BUMN-BUMN besar saja kalau tidak sehat disuntik miliaran, masak ini yang menyangkut kesehatan tidak disubsidi?” cetusnya.

Presiden, tutur Dede, harus segera bertindak. Sebab, jika persoalan jaminan kesehatan nasional (JKN) dibiarkan berlarut-larut, kepercayaa­n publik kepada pemerintah akan terus menurun. Dede mengungkap­kan, pada 2016 berbagai survei publik menunjukka­n bahwa kepuasan masyarakat terhadap peme- rintahan Jokowi-JK terpusat pada dua hal, yakni pembanguna­n dan pelayanan kesehatan.

Apalagi, kata Dede, presiden sudah mencabut banyak subsidi untuk rakyat. Antara lain subsidi BBM dan tarif listrik. Memang benar, pemerintah­an telah meraih kesuksesan di beberapa sektor makro seperti pembanguna­n infrastruk­tur dan merebut sektor-sektor energi strategis. ”Tapi, pembanguna­n-pembanguna­n seperti itu belum tentu dinikmati langsung oleh rakyat kecil. Seharusnya pelayanan kepada masyarakat dinomorsat­ukan,” tegasnya.

Desakan kepada Presiden Jokowi untuk memperbaik­i sistem BPJS Kesehatan juga datang dari Komisi Perlindung­an Anak Indonesia (KPAI). Susanto, ketua KPAI, menyatakan, di pasal 44 UndangUnda­ngNomor35T­ahun2014te­ntang Perlindung­an Anak disebutkan, anak dijamin kesehatann­ya bahkan sejak dalam kandungan. ”Peraturan BPJS Kesehatan ini berdampak langsung kepada anak,” ucapnya.

 ?? FEDRIK TARIGAN/JAWA POS ?? KOLEKSI ISTANA: Patung karya pematung Hungaria Zsigmond Kisfaludi (1919) di pameran bertajuk Indonesia Semangat Dunia di Galeri Nasional, Jakarta, kemarin.
FEDRIK TARIGAN/JAWA POS KOLEKSI ISTANA: Patung karya pematung Hungaria Zsigmond Kisfaludi (1919) di pameran bertajuk Indonesia Semangat Dunia di Galeri Nasional, Jakarta, kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia