Jawa Pos

Lapindo Kelola Lagi Blok Brantas

Pemerintah Perpanjang Kontrak 2020–2040

-

JAKARTA – Pemerintah kembali memberikan perpanjang­an kontrak Blok Brantas di Jawa Timur mulai 2020–2040 kepada Lapindo Brantas Inc. Perusahaan yang berafilias­i dengan Grup Bakrie itu menyetorka­n dana USD 1 juta atau Rp 13,4 miliar ke pemerintah untuk bonus tanda tangan (signature bonus) perpanjang­an kontrak.

Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementeria­n ESDM Djoko Siswanto mengatakan, Lapindo Brantas menjadi satu-satunya kontraktor migas yang mengajukan pengelolaa­n blok tersebut. Sebab, investor lain khawatir kasus lumpur Lapindo terulang. ’’Yang lain tidak mengajukan, takut. Nanti blowout lagi kacau. Ribut-ribut kayak gitu,” urainya setelah perpanjang­an kontrak Blok Brantas di Kementeria­n ESDM kemarin (3/8).

Lapindo berencana menggelont­orkan USD 115,5 juta atau setara Rp 1,5 triliun untuk komitmen kerja lima tahun pertama. Dari angka tersebut, 10 persennya atau sekitar Rp 150 miliar telah dibayarkan ke pemerintah. ’’PNBP (pendapatan negara bukan pajak) cukup besar Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementeria­n ESDM

bagi negara,” imbuh Djoko. Perpanjang­an itu berlaku efektif sejak 23 April 2020 dengan skema gross split atau bagi hasil. Skema bagi hasil yang diterapkan untuk produksi minyak, bagian pemerintah 53 persen dan bagian kontraktor 47 persen.

Sementara itu, untuk split produksi gas, bagian pemerintah 48 persen dan bagian kontraktor 52 persen. Kontraktor di blok tersebut adalah Lapindo Brantas Inc, PT Prakarsa Brantas, dan PT Minarak Brantas Gas. Partisipas­i interest yang dimiliki para kontraktor tersebut termasuk 10 persen yang akan ditawarkan kepada BUMD. Pemerintah terus berusaha agar tidak terjadi bencana lumpur Lapindo jilid II dengan perpanjang­an kontrak itu.

’’Kami tim pemerintah dan SKK Migas, setiap ada proposal dari Lapindo untuk pengeboran, mempelajar­i betul-betul sampai 2 hingga 3 kali dan turun langsung ke lapangan agar tidak kejadian,” tegas Djoko.

Presiden Direktur Lapindo Brantas Inc Faruq Adi Nugroho mengatakan, saat ini produksi gas Lapindo Brantas masih 20–25 mmscfd. Hingga akhir 2018, target produksi gas perseroan mencapai 30–35 mmscfd. Pada 2022–2023, pihaknya menargetka­n peningkata­n produksi gas di angka 100 mmscfd. ’’Lima tahun sejak perpanjang­an akan meningkat 150 mmscfd. Insya Allah bisa kontribusi cukup baik di wilayah timur dan wilayah Jawa Tengah,” ujarnya.

VPihaknya saat ini terus mengebor 5–6 sumur eksploitas­i di Desa Wunut, Porong, Sidoarjo, pada 2018 hingga 2019. Total dana yang digelontor­kan Lapindo untuk pengeboran sumur lebih dari Rp 1 triliun. Selama ini produksi gas Lapindo dijual ke Pertagas maupun PGN. Menurut dia, wilayah terdampak 400 ha tersebut hanya sebagian kecil dari total wilayah Blok Brantas yang tersebar di delapan kabupaten. Pihaknya juga segera melunasi pembayaran utang Rp 781 miliar ke pemerintah untuk menalangi ganti rugi korban lumpur Lapindo.

Kami tim pemerintah dan SKK Migas, setiap ada proposal dari Lapindo untuk pengeboran, mempelajar­i betul-betul sampai 2 hingga 3 kali dan turun langsung ke lapangan agar tidak kejadian.”

DJOKO SISWANTO

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia