Tempat Nyangkruk Petambak hingga Peneliti Asing
Mengunjungi Warung Sekaligus Galeri Mini Foto Aneka Jenis Burung di Wonorejo
Warung milik Rumini tak cuma menyajikan tahu petis dan es tape. Bangunan berdinding anyaman bambu itu juga punya deretan foto beragam jenis burung yang beterbangan di sekitar pantai timur Surabaya. Pengunjung bisa ngemil sembari belajar soal hewan tersebut.
GALIH ADI PRASETYO
WARUNG sederhana itu berdiri di tengah area tambak. Lokasinya jauh dari kota. Jaraknya 1 kilometer ke timur dari Ekowisata Mangrove Wonorejo. Warung Kopi (Warkop) Bu Rum namanya. Sesuai dengan nama pemiliknya, Rumini. Depan dan kiri warung adalah hamparan petak-petak tambak. Hutan mangrove berada di kanan warung. Sementara itu, di bagian belakang ada sungai dan gubuk paguyuban nelayan.
Gubuk berukuran 4 x 10 meter itu beratap seng. Dindingnya anyaman bambu. Lantainya masih tanah. Debu terbang kalau pengunjung berjalan dengan pecicilan
J
Di depan warung ada dua bayang (bangku dari bambu). Nyaman untuk rebahan. Warung tersebut jauh dari kesan kekinian. Saking ndeso-nya, jangankan wifi, listrik pun tidak ada. Sinyal beberapa operator terkadang lemot.
Namun, ada daya tarik lain dari warkop yang berdiri sejak 2010 itu. Koleksifotoburunglautmenggantung di rusuk dinding. Gambarnya ciamik. Kelas fotografer profesional. Di sisi lain, tampak pigura berukuran 50 x 100 cm yang menunjukkan peta dunia plus grafis yang menjelaskan jalur migrasi burung laut. Grafis itu pemberian salah satu organisasi peneliti burung migran.
Sementara itu, di rak meja menggantung majalah National Geographic. Campur camilan yang harganya seribuan itu. ”Ini baru ada 11 foto yang terpajang. Nanti mau ditambah lagi,” kata Iwan Londo. Anggota Wild Photography Surabaya (WPS) itulah yang mengubah warung Bu Rum menjadi pusat informasi burung yang hidup di hutan bakau di kawasan Wonorejo. Karya-karya anggota WPS tergantung manis di sana.
Rum tidak menolak jika warungnya ”diacak-acak”. Justru dia tambah senang. Pengunjungnya tambah banyak. Mulai petambak, mahasiswa, hingga peneliti kelas dunia. ”Kalau dari luar, banyak yang pernah ke sini. Seperti Jerman, Jepang, Korea, Malaysia, dan Belanda,” ujarnya bangga.
Ibu empat anak itu berjualan sejak 2004. Awalnya, dia hanya bikin meja kecil di tengah galangan tambak sekitar 20 meter dari lokasi sekarang. Pelanggannya para pemancing. Baru enam tahun kemudian dia pindah ke tempat yang sekarang.
Belakangan warkop itu menjadi base camp para pencinta burung. Buktinya, di pintu tertempel stiker beberapa komunitas yang pernah berkunjung ke sana. Plus buku tamu milik Rum penuh dengan deretan nama komunitas dan lembaga yang pernah berkunjung ke sana.
Kawasan hutan bakau di pantai timur Surabaya (pamurbaya) memang menjadi salah satu lintasan burung migran. Di sini banyak ditemui burung yang singgah dari Australia maupun wilayah Asia lain.
Menurut Iwan, selama ini warga masih minim pengetahuan soal burung laut. Sebut saja burung dara laut. Orang hanya tahu itu burung toyang, padahal jenisnya banyak. ”Makanya itu (karya WPS) dipasang di sini,” ujarnya. Transfer ilmu bisa disampaikan dengan mudah. Sebab, suasananya santai. Bahasa yang digunakan pun bahasa awam. ”Orang lebih mudah menerimanya dan paham maksudnya,” katanya.
Ke depan, Iwan berharap bisa menambah koleksi lain. Paling dekat, dia berencana menambah foto satwa selain burung. Menurut dia, banyak yang masih bisa dieksplorasi di sini. Harapan pria gundul itu rupanya didukung sang pemilik warung. ”Kalau mau nambah foto, nanti tak sediakan tempat lagi,” sahut Rum.