Jawa Pos

Nasi Lauk Tempe pun Ayo Saja

-

POPULARITA­S Didi Kempot boleh terus melambung. Penghasila­nnya otomatis juga semakin mengalir. Tapi, tak ada yang berubah dari penyanyi yang dimatangka­n dengan lewat mengamen itu.

”Kalau lapar, saya bisa makan di mana saja. Walau cuma warung nasi lauk tempe, nggak masalah,” kata Didi yang selalu mencari rawon atau nasi bebek tiap kali pentas di Jawa Timur itu.

Di Solo, kota tempat dia dilahirkan 52 tahun silam, dia juga punya warung hik (semacam warung angkringan) langganan di kawasan Kepatihan. ”Enak nggo wedangan (enak buat tempat nongkrong sambil minum wedang (minuman hangat),” katanya.

Dia juga tak punya trik khusus menjaga suara. Santai menikmati minuman yang dilengkapi es batu. Dan, memasukkan gorengan sebagai makanan favoritnya

Soal penggemar, ada banyak sebutan buat pendukung garis keras Didi. Mulai Sadboy dan Sadgirl, lalu Sobat Ambyar, sampai yang klasik: Kempoters.

Dan, lihatlah di tiap konsernya. Generasi milenial yang mendominas­i. Generasi yang bahkan belum lahir ketika sebagian lagu Didi diciptakan.

Padahal, banyak dari mereka yang berada di barisan garis keras itu tak paham dengan bahasa Jawa, bahasa yang digunakan di hampir semua karya Didi. J.B. Adhi Nugroho, misalnya.

Sadboy dari Jagakarsa, Jakarta Selatan (ya, Jakarta Selatan yang literally, you know...), itu mengaku menggemari Didi sejak lima atau empat tahun belakangan. Pemicu awalnya adalah banyaknya kawan dia di Jakarta yang berasal dari Jogjakarta dan Solo.

”Lirik per lirik memang gue

nggak seberapa paham. Tapi,

kan ada beberapa kata yang bisa dipahami secara mudah. Misal,

nelongso yang berarti nelangsa atau susah banget,” kata pria yang biasa dipanggil Jebe itu.

Jebe yang bekerja sebagai art director di sebuah rumah produksi film di Jakarta mengatakan, selain lirik yang bikin hati terkewer-kewer, garapan lagu Didi yang minor membuatnya makin merasakan patah hati itu sendiri.

”Coba deh dengerin Cidro pas lagi sendiri. Pasang earphone lu, resapi pas lirik aku nelongso mergo kebacut tresno (aku nelangsa karena telanjur cinta, Red),” ucap bapak satu anak tersebut.

Jebe mengaku sudah berkalikal­i menghadiri pentas Didi di beberapa kota. Misalnya di Jogja, Solo, atau Jakarta. Pria 36 tahun itu tak sabar untuk menonton lagi di Jakarta jika benar Didi tampil di salah satu festival musik kekinian, Synchroniz­e Festival 2019.

Lain lagi Prasetya Kurniawan. Kempoters dari Palembang, Sumatera Selatan, itu berkenalan dengan Didi malah lewat lagunya yang dikover penyanyi lain. Wawan –sapaan Prasetya Kurniawan– baru tahu belakangan bahwa lagu Suket Teki yang pernah dinyanyika­n oleh Via Vallen itu aslinya lagu Didi.

”Lirik per lirik Suket Teki saya terjemahka­n pakai Google. Karena memang saya tidak bisa berbahasa Jawa,” kata Wawan.

Pria yang bekerja di Seksi Pengolahan Balai Arsip Statis dan Tsunami Arsip Nasional Republik Indonesia itu sering mendengark­an Didi di sela waktu kerja. Memutar lagu Didi di YouTube atau Spotify saat libur salah satu bagian dari relaksasin­ya.

”Musik Didi unik, Mas. Liriknya sedih, tapi musiknya menghadirk­an kebahagiaa­n. Jadi, seolah mengajak kita tetep bahagia walau sedang sedih,” ujar Wawan.

Didi sendiri mengaku merasa lucu tentang fenomena penggemarn­ya yang berasal dari generasi milenial. Menurut pria 52 tahun itu, lagu-lagu seperti Cidro dulu didengarka­n oleh ibu generasi milenial. Kini seperti mewarisi kecintaan sang ibu pada musiknya, justru remajarema­ja itu memujanya.

”Tapi, saya malah bersyukur karena musik saya bisa diterima semua kalangan usia. Saya anggap adanya media sosial juga berkah buat saya,” ujar Didi.

 ?? MIFTAHULHA­YAT/JAWA POS ?? PENGGEMAR FANATIK: Para penggemar ikut bernyanyi dan bergoyang saat Didi Kempot tampil pada peringatan Hari Lahir Ke-21 Partai Kebangkita­n Bangsa (PKB) di kantor DPP PKB, Jakarta (23/7).
MIFTAHULHA­YAT/JAWA POS PENGGEMAR FANATIK: Para penggemar ikut bernyanyi dan bergoyang saat Didi Kempot tampil pada peringatan Hari Lahir Ke-21 Partai Kebangkita­n Bangsa (PKB) di kantor DPP PKB, Jakarta (23/7).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia