Jawa Pos

Bekal Buruk Menyongson­g Final

-

JAKARTA, Jawa Pos – Pelatih Persija Julio Banuelos menepati janji untuk tetap meminta anak asuhnya habis-habisan melawan Arema FC kemarin (3/8). Dia tak peduli meski tiga hari ke depan menghadapi pertanding­an yang sangat penting. Yakni, penentuan perebutan gelar Piala Indonesia melawan PSM Makassar pada leg kedua babak final di Stadion Andi Mattalatta, Makassar (6/8).

Menjamu Arema FC di Stadion Utama Gelora Bung Karno kemarin, pelatih asal Spanyol itu tetap menurunkan skuad terbaik. Marko Simic, Riko Simanjunta­k, hingga Bruno Matos dimainkan hingga 90 menit. Tak mengindahk­an risiko cedera dan gagal membela Persija melawan PSM. ’’Kami butuh kemenangan di liga. Saya harus memainkan semuanya dengan melupakan sejenak risiko,’’ ucapnya.

Skuad terbaik memang harus dimainkan Macan Kemayoran untuk mengejar kemenangan. Sebab, saat ini Ismed Sofyan dkk masih berada di zona merah, yaitu posisi ke-17, klasemen sementara Liga 1.

Sayang, komitmen fokus ke Liga 1 lebih dulu harus berakhir dengan kekecewaan. Persija hanya mampu bermain imbang 2-2 melawan Arema FC. Tim tamu unggul lebih dulu pada menit ke-7 lewat tendangan luar kotak penalti Hanif Sjahbandi. Persija kemudian bangkit dengan membalikka­n keadaan lewat gol Novri Setiawan menit ke-20 dan Marko Simic menit ke-51.

Sayang, kemenangan yang sudah di depan mata buyar. Kurangnya fokus di lini pertahanan pada menit terakhir membuat Arema FC berhasil mencuri satu poin di kandang Persija. Nur Hardianto mampu memanfaatk­an kelengahan lini belakang Persija pada menit ke-90+3. ’’Sangat disayangka­n kami bisa menguasai permainan selama 90 menit, banyak peluang, tapi kebobolan di menit terakhir,’’ ucap Banuelos. Dia merasa skuadnya seharusnya bisa menang. Seharusnya bisa meraih tiga poin dan memperbaik­i posisi klasemen. Banuelos harus segera mengevalua­si timnya. Sebab, gol pada menit akhir dari Arema FC bukan yang pertama dirasakan Persija di kandang sendiri. Pada 10 Juli lalu, peristiwa yang sama terjadi ketika melawan Persib Bandung. Persija yang saat itu merasa bakal menang dalam derby Indonesia harus kecewa dengan gol Artur Gevorkyan pada menit ke-90+1.

Mantan asisten Luis Milla di timnas Indonesia tersebut menuturkan, skuadnya memang lemah di belakang. Cederanya beberapa pemain seperti Steven Paulle hingga Maman Abdurahman membuat kekuatan lini bertahan berkurang. ’’Kami selalu bermain tidak dengan full team,’’ ucapnya.

Alasan Banuelos itu, tampaknya, tidak akan berlaku ketika melawan PSM pada 6 Agustus lusa. Mau tak mau, lengkap ataupun tidak lengkap, The Jakmania menuntutny­a agar bisa membawa pulang gelar juara dengan menyingkir­kan PSM di Stadion Andi Mattalatta, Makassar.

SURABAYA, Jawa Pos – Persebaya Surabaya akhirnya berhasil mengakhiri paceklik kemenangan. Setelah lima laga tanpa kemenangan, Ruben Sanadi dkk sukses merengkuh tiga poin saat menjamu Persipura Jayapura Jumat malam (2/8). Meski begitu, penggawa Persebaya tidak pantas berpuas diri. Suporter setia mereka, Bonek, mengingatk­an pemain agar menjaga konsistens­i.

”Pemain Persebaya jangan seperti kuda pacu,” kata pentolan Bonek Andy Kristianto­no saat berbincang dengan Jawa

Pos selepas laga Persebaya kontra Persipura. Maksudnya, para pemain Persebaya diingatkan agar jangan baru bermain trengginas setelah dikritik tajam atau ada aksi dari Bonek.

Fakta di lapangan memang menggambar­kan hal tersebut. Permainan tim berjuluk Green Force itu baru menggigit setelah Bonek melakukan aksi. Dalam perjalanan musim 2019 ini setidaknya sudah dua kali terjadi seperti itu.

Yang pertama adalah terlecutny­a para pemain Persebaya setelah ada aksi Bonek turun ke lapangan saat tim kesayangan­nya itu ditahan imbang Madura United dalam leg pertama perempat final Piala Indonesia di Gelora Bung Tomo, Surabaya, 20 Juni 2019. Setelah aksi tersebut, Persebaya langsung meraih kemenangan di kandang Borneo FC. Padahal, sebelumnya mereka melewati empat laga tanpa kemenangan.

Yang kedua adalah adanya aksi Bonek saat Persebaya menjamu Persipura. Bonek di tribun utara memutuskan hanya bernyanyi 10 menit, setelah itu mengosongk­an tribun. Yang berada di Gate 21 pun memilih tak bernyanyi. Bonek di tribun kidul sempat hening tanpa nyanyian. Mereka baru bernyanyi setelah Persebaya mencetak gol.

”Seharusnya pemain Persebaya tampil ngeyel setiap pertanding­an. Seperti lazimnya karakter Surabaya. Tidak perlu menunggu dikritik atau ada aksi dulu,” ujar Andie Peci, sapaan akrab Andy Kristianto­no. Apa yang terjadi itulah yang memunculka­n analogi kuda pacu tersebut. Ya, kuda-kuda pacu memang baru berlari kencang setelah dipecut. Jika lama tidak dipecut, kecepatan mereka menurun. Penampilan Persebaya pun tak ubahnya kuda pacu itu. Setelah dikritik, mereka baru bermain trengginas. Setelah itu, melempem lagi. ”Bagi kami, menang kami sanjung dan kalah kami dukung. Meski begitu, mainnya ya jangan seenaknya. Harus konsisten. Harus selalu ngeyel,” tegas Hasan Tiro, koordinato­r Bonek Tribun Timur.

Pelatih Persebaya Djadjang Nurdjaman (Djanur) tidak menampik bahwa permainan timnya memang belum konsisten. Permainan anak asuhnya tiba-tiba melempem setelah sempat menanjak memang menjadi pekerjaan rumah baginya. Pelatih asal Majalengka itu menyebut terus melakukan evaluasi terkait hal tersebut. Sebab, sebagai tim, Persebaya juga tidak ingin mengecewak­an Bonek.

”Itu memang menjadi pekerjaan kami (menjaga konsistens­i). Ini yang coba kami pecahkan. Kami ingin menjaga momentum agar tidak kembali melempem,” kata Djanur.

 ??  ?? TERTUNDUK LESU: Ekspresi para pemain Persija Jakarta setelah hanya bisa bermain seri 2-2 melawan Arema FC di Stadion Utama Gelora Bung Karno.
TERTUNDUK LESU: Ekspresi para pemain Persija Jakarta setelah hanya bisa bermain seri 2-2 melawan Arema FC di Stadion Utama Gelora Bung Karno.
 ?? ANGGER BONDAN/JAWA POS ?? BERSYUKUR: Pelatih Persebaya Djadjang Nurdjaman optimistis tim besutannya bisa meneruskan tren positif.
ANGGER BONDAN/JAWA POS BERSYUKUR: Pelatih Persebaya Djadjang Nurdjaman optimistis tim besutannya bisa meneruskan tren positif.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia