Rekatkan Ikatan dengan Couple Yoga
Anak duduk dengan badan membungkuk ke depan mendekati lantai. Dari belakang, mama, papa, atau kakak melakukan pose serupa hingga badannya menempel atau memeluk si anak atau adik yang tubuhnya lebih kecil.
SURABAYA, Jawa Pos – Emosi positif serta kedekatan antara anak dan orang tua tidak bisa tercipta begitu saja. Harus dibangun dan dijalin sejak dini. Salah satunya lewat olahraga bersama. Termasuk dengan couple yoga atau yoga berpasangan yang bisa dilakukan ibu-anak, ayah-anak, maupun kakak-adik.
Misalnya, yang dilakoni lima pasangan peserta Yoga Couple Parent and Kid di Kudos Cafe Pakuwon Square kemarin (4/8). Mereka mengikuti gerakan-gerakan yoga yang bisa dilakukan dengan berpasangan. Lewat bimbingan instruktur Yin Yoga Tanti Wydia Rani.
Rani –sapaan akrabnya– menyebut couple yoga merupakan aktivitas bonding yang merekatkan emosi positif. ’’Orang tua dan anak memang ketemu di rumah. Tapi, mereka belum tentu tertawa bersama Pose membentuk piramida atau segi tiga. Tulang ekor pinggul ke atas, kaki di bawah. Memberikan peluang yang besar bagi couple untuk saling menatap dan tertawa. Posisi tengkurap bertumpu di siku. Dada diangkat. Bisa dilakukan berhadap-hadapan. Ibu bisa memijat punggung anak. Anak bisa naik di atas punggung orang tua. atau sampai ada sentuhan fisik seperti pelukan. Paling mereka ngobrol aja kan seputar aktivitas seharihari,’’ ujar perempuan yang juga alumnus Magister Psikologi Klinis Universitas Surabaya (Ubaya) itu.
Dengan couple yoga, lanjut dia, awalnya mungkin risi atau canggung. Namun, lama-kelamaan akan tercipta keterikatan emosi. Dua pihak akan intens melakukan tatapan mata, sentuhan, dan pelukan yang diperbanyak di sela-sela gerakan yoga. ’’Meski capek, rasanya akan happy, tenang, dan lega. Sebab, selesai yoga atau olahraga, hormon endorfin keluar,’’ jelas Rani.
Ketika sudah terbangun bonding, anak merasa lebih bahagia, dimengerti, diterima, dan dipahami. Kepercayaan dirinya meningkat. Dengan begitu, mereka tidak lari mencari pengakuan di luar karena sudah mendapatkannya di rumah.
Selain itu, Rani menekankan untuk tidak menuntut anak mempraktikkan gerakan yang sempurna. Artinya, Anak tidak harus didikte soal benar dan salah. ’’Kalau dari awal sudah bilang salah, anak akan langsung blocking sendiri. Yang penting mereka mau ngikuti pose yoga dulu,’’ tegasnya.
Aktivitas tersebut nanti berguna sebagai stimulus gerak mereka. Menyambungkan koneksi antarsaraf di otak. Dengan begitu, kinerja otak anak menjadi lebih baik, fokus lebih tinggi, serta lebih cepat menangkap instruksi.
Rani menjelaskan, mereka sejak bayi bisa diperkenalkan dengan yoga. Risiko cederanya lebih minim karena gerakannya sudah paten. Yakni, terstruktur, pelan, dan mengikuti postur tubuh.