Rutin Pemeriksaan, Fokus Penyakit Menular
SURABAYA, Jawa Pos – Surabaya jadi salah satu sasaran pemasaran hewan kurban. Menjelang Hari Raya Kurban, tidak heran jika lapak ternak di pinggir jalan didominasi hewan kurban dari luar Surabaya.
Kesehatan ternak yang masuk tersebut harus diperiksa. Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Surabaya memeriksa hewan kurban yang didatangkan dari daerah lain untuk mengantisipasi masuknya penyakit penular lewat sapi atau kambing yang akan dipasarkan di Surabaya. Dokter hewan DKPP Gagat Rahino saat memeriksa ternak di Kecamatan Pakal kemarin (3/8) menyatakan bahwa pemeriksaan tersebut merupakan langkah awal untuk mendeteksi berbagai kemungkinan penyakit ternak di Pakal dan sekitarnya.
Sementara itu, pemeriksaan serentak yang melibatkan banyak petugas dan menyisir berbagai tempat dilaksanakan pada 6 Agustus. Prioritas utama pemeriksaan tahun ini adalah penyakit hewan menular seperti antraks.
Antraks merupakan penyakit yang muncul karena Balicillus anthracis atau bakteri normal dari tanah yang hinggap dan menyerang hewan pemakan rumput seperti sapi, kambing, domba, dan kuda. ’’Penyakit itu bisa juga menyerang manusia,’’ jelas Gagat.
Penularannya bisa lewat beberapa media. Yakni, lewat daging hewan kurban berpenyakit menular yang dimakan manusia, udara yang masuk saat manusia bernapas di dekat hewan penderita, atau sentuhan. ’’Luka di tangan, misalnya, kemudian kita pegang hewan yang kena antraks, bakterinya bisa menular ke luka itu,’’ jelas Gagat.
Ternak yang dicurigai terjangkit antraks adalah yang datang dari Boyolali, Purwakarta, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan sebagian dari Bali. Menurut Gagat, ternak dari daerah tersebut memang dilarang beredar ke luar. Namun, tidak tertutup kemungkinan ada pemain nakal atau yang ingin mencari untung. Karena itu, pemeriksaan diperketat di tiap pintu masuk.
DKPP berkoordinasi dengan Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya untuk memperketat ternak yang masuk. Selain itu, pemeriksaan hewan ternak bertujuan untuk mendeteksi dini sapi yang menderita penyakit cacing hati dan usus pada kambing. Untuk penyakit menular, belum pernah ada kasus di Surabaya. Untuk kasus cacing hati, ada beberapa kasus.
Suyatno, seorang penjual ternak di Pakal, mengatakan bahwa penyakit menular dari luar memang sangat berbahaya. Terutama untuk masa depan ternak di Surabaya. Menurut dia, menjual ternak tidak bisa asal ambil atau asal untung, tetapi perlu memahami kesehatan hewan atau setidaknya bertanya kepada dokter hewan setempat.